Artis sekaligus politisi, Nafa Urbach, menjadi perbincangan hangat setelah pernyataannya mengenai tunjangan anggota DPR sebesar Rp50 juta per bulan menimbulkan reaksi keras dari masyarakat. Dana tersebut, menurut Nafa, bukanlah kenaikan gaji, melainkan pengganti fasilitas rumah jabatan yang sudah tidak lagi disediakan.
Namun, penjelasan ini justru memicu gelombang kritik yang menilai Nafa kurang sensitif terhadap kondisi ekonomi masyarakat. Menyadari hal tersebut, Nafa Urbach menyampaikan permohonan maaf secara terbuka melalui media sosial pribadinya.
Dalam unggahannya, Nafa menyatakan memahami betul kekecewaan publik terkait isu tunjangan tersebut. Ia menegaskan bahwa kepentingan rakyat tetap menjadi prioritas utamanya sebagai wakil rakyat.
"Saya mengerti kekecewaan masyarakat, di tengah kondisi saat ini. Bagi saya, kepentingan rakyat harus selalu diutamakan," tulis Nafa di akun Instagramnya.
Artis berusia 45 tahun ini juga menekankan bahwa kritik dan masukan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan kinerjanya. Ia berjanji akan bekerja lebih keras dan menjaga amanah sebagai wakil rakyat.
"Masukan dan kritik dari masyarakat akan menjadi pengingat agar saya bekerja lebih sungguh-sungguh, amanah, dan berpihak pada rakyat," jelasnya.
Melalui media sosialnya, ibu satu anak ini juga meminta maaf secara langsung kepada masyarakat yang mungkin merasa tersinggung dengan pernyataannya. Ia berharap publik memahami bahwa dirinya tidak berniat mengabaikan kepentingan rakyat.
"Guys, maafin aku ya kalau statement aku melukai kalian. Percayalah aku nggak akan tutup mata untuk memberikan hidup aku buat rakyat di dapil aku sebaik mungkin yang bisa aku kerjakan saat ini," ujarnya.
Sebelumnya, Nafa menjelaskan bahwa tunjangan Rp50 juta per bulan itu merupakan kompensasi atas fasilitas rumah jabatan yang sudah ditiadakan. Rumah jabatan tersebut telah dikembalikan ke pemerintah, sehingga anggota dewan mendapatkan kompensasi untuk biaya sewa tempat tinggal.
Nafa juga menjelaskan bahwa sebagian besar anggota DPR berasal dari luar daerah dan membutuhkan tempat tinggal di Jakarta, khususnya di sekitar Senayan, agar lebih mudah mengakses gedung DPR dalam menjalankan tugas sehari-hari. Ia mencontohkan pengalamannya sendiri yang harus menghadapi kemacetan luar biasa saat berangkat dari Bintaro.