TEHERAN – Iran telah memperluas jangkauan militernya dengan membangun fasilitas produksi senjata di sejumlah negara yang lokasinya dirahasiakan. Langkah ini diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, sekitar dua bulan setelah konflik sengit dengan Israel.
Dalam wawancara yang disiarkan oleh media Iran, Nasirzadeh menegaskan bahwa pengembangan rudal tetap menjadi prioritas utama bagi militer Iran, meskipun mungkin terjadi perubahan fokus setelah konfrontasi dengan Israel. Ia juga mengisyaratkan bahwa keberadaan pabrik-pabrik senjata baru ini akan segera diumumkan secara resmi.
Nasirzadeh juga menyoroti kemajuan signifikan dalam teknologi militer Iran, termasuk pengembangan hulu ledak canggih yang dapat bermanuver. Ia mengklaim bahwa kemampuan rudal Iran akan membuat Israel kesulitan untuk melakukan pencegatan jika perang berlangsung lebih lama. Ia juga menambahkan bahwa penggunaan rudal Qassem Basir, rudal balistik jarak menengah dengan jangkauan sekitar 1.200 kilometer, sengaja ditahan selama konflik.
Pengungkapan ini terjadi setelah latihan Angkatan Laut Iran baru-baru ini di Teluk Oman dan Samudra Hindia bagian utara, di mana mereka menguji coba rudal jelajah. Ini adalah latihan militer pertama Iran sejak berakhirnya perang dengan Israel.
Sanksi AS selama puluhan tahun telah membatasi kemampuan Iran untuk mengimpor persenjataan modern. Hal ini mendorong negara tersebut untuk fokus pada pengembangan dalam negeri dan peningkatan sistem pertahanan yang ada.
Konflik antara Iran dan Israel pada Juni lalu mengakibatkan ratusan korban jiwa di kedua belah pihak. Amerika Serikat kemudian melakukan intervensi dengan menargetkan fasilitas nuklir Iran, sebelum akhirnya gencatan senjata disepakati.