Gelombang eksodus miliarder dari Inggris Raya semakin membesar. John Fredriksen, sosok kapal tanker minyak dan pelayaran ternama yang kekayaannya menempatkannya sebagai orang terkaya kesembilan di Inggris, memutuskan untuk mengikuti jejak eksodus tersebut dan memilih Uni Emirat Arab (UEA) sebagai rumah barunya.
Fredriksen bukan satu-satunya. Beberapa nama besar lainnya, termasuk wakil ketua Goldman Sachs Richard Gnodde dan pemilik Aston Villa Nassef Sawiris, juga dilaporkan telah meninggalkan Inggris. Taipan baja Lakshmi Mittal dikabarkan akan menyusul.
Apa yang mendorong para taipan ini meninggalkan Inggris? Fredriksen secara blak-blakan menyebutkan kenaikan pajak sebagai alasan utamanya. Lebih jauh lagi, miliarder berusia 81 tahun itu menyatakan kekhawatirannya tentang "kehancuran" yang menurutnya sedang menghantui dunia Barat, termasuk Inggris dan Norwegia. UEA, dengan iklim bisnis yang lebih bersahabat dan pajak yang lebih rendah, menjadi tujuan yang menarik bagi mereka yang mencari perlindungan dari apa yang mereka lihat sebagai kemerosotan ekonomi.
Kepergian para miliarder ini memiliki dampak yang signifikan, terutama pada pasar properti mewah London. Jumlah rumah mewah yang dijual telah mencapai rekor tertinggi, sementara volume transaksi menurun tajam dan diskon rata-rata untuk properti mewah mencapai 9,1%. Ini menandakan bahwa pasar properti mewah sedang menyesuaikan diri dengan eksodus kekayaan yang terjadi.
Situasi ini berakar pada perubahan kebijakan pajak, khususnya penghapusan rezim non-domisili. Rezim ini memungkinkan individu yang tinggal di Inggris tetapi mengklaim domisili permanen di luar negeri untuk hanya membayar pajak Inggris atas pendapatan yang bersumber dari Inggris. Penghapusan rezim ini telah memicu eksodus kekayaan karena banyak individu kaya memilih untuk memindahkan aset dan tempat tinggal mereka ke negara dengan pajak yang lebih rendah.
Meskipun kepergian para miliarder ini merupakan pukulan bagi pasar properti mewah London, beberapa pihak melihat ini sebagai peluang bagi warga Amerika kaya yang ingin pindah ke Inggris untuk menghindari meningkatnya kejahatan dan ketidakpastian politik di negara mereka. Mereka mungkin melihat ini sebagai "kesempatan sekali seumur hidup" untuk membeli properti mewah dengan harga yang lebih terjangkau.