Jakarta – Ukraina melancarkan serangan balasan menggunakan pesawat nirawak ke wilayah Rusia, bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaannya. Serangan tersebut memicu kebakaran di sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir, meningkatkan tensi konflik yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan bahwa tindakan ini merupakan respons atas diabaikannya seruan perdamaian dari negaranya.
Situasi ini terjadi setelah upaya diplomasi dan dorongan dari Presiden AS Donald Trump untuk memediasi pertemuan antara Rusia dan Ukraina menemui jalan buntu. Rusia menolak kemungkinan pertemuan langsung antara Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky.
Serangan drone Ukraina berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan udara Rusia, namun mengakibatkan kebakaran di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kursk, yang terletak di wilayah barat Rusia. Selain itu, sepuluh pesawat tanpa awak lainnya juga diluncurkan ke arah pelabuhan Ust-Luga di Teluk Finlandia. Meskipun berhasil ditembak jatuh, jatuhnya drone tersebut memicu kebakaran di terminal bahan bakar milik perusahaan energi Rusia, Novatek.
Sementara itu, pihak Ukraina melaporkan bahwa Rusia telah melancarkan serangan semalam dengan rudal balistik dan 72 pesawat tanpa awak Shahed buatan Iran. Angkatan Udara Ukraina mengklaim telah menembak jatuh 48 di antaranya. Serangan drone Rusia mengakibatkan seorang wanita berusia 47 tahun tewas di wilayah Dnipropetrovsk timur.
Zelensky: Ukraina Adalah Pejuang, Bukan Korban
Serangan balasan ini terjadi saat Ukraina memperingati hari kemerdekaannya yang ke-34, sejak pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991. Zelensky menegaskan bahwa tindakan Ukraina dilakukan karena seruan perdamaiannya tidak diindahkan.
"Inilah cara Ukraina menyerang ketika seruannya untuk perdamaian diabaikan," tegas Zelensky dalam pidato hari kemerdekaannya.
"Saat ini, baik AS maupun Eropa sepakat: Ukraina belum sepenuhnya menang, tetapi pasti tidak akan kalah. Ukraina telah mengamankan kemerdekaannya. Ukraina bukanlah korban; ia adalah pejuang," tambahnya.
Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, hadir dalam peringatan kemerdekaan Ukraina di Kyiv dan menyerukan "perdamaian yang adil dan abadi bagi Ukraina." Zelensky mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin dunia lainnya, termasuk Presiden AS Donald Trump, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Raja Charles, dan Paus Fransiskus atas pesan dukungan yang mereka kirimkan.
Saat ini, Rusia menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014. Pertempuran yang terus berlanjut telah memaksa jutaan orang mengungsi dan menghancurkan kota-kota serta desa-desa di wilayah timur dan selatan Ukraina. Putin berulang kali menolak seruan gencatan senjata tanpa syarat dari Ukraina dan Barat.