Wonogiri terpilih sebagai salah satu dari tiga daerah percontohan nasional untuk program surveilans berbasis masyarakat (SBM). Program ini bertujuan untuk memperkuat pencegahan penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC), demam berdarah dengue (DBD), dan leptospirosis.
Selain Wonogiri, Kabupaten Bogor dan Serang juga turut berpartisipasi dalam program yang berlangsung selama setahun ini. Fokus utama program adalah melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit.
"Surveilans akan difokuskan pada penyakit-penyakit yang berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), seperti DBD, malaria, meningitis, antraks, serta TBC," ungkap perwakilan Dinas Kesehatan Wonogiri. Surveilans penyakit adalah proses epidemiologi penting yang memantau penyebaran penyakit. Tujuannya adalah memprediksi, mengamati, meminimalisasi dampak buruk wabah, epidemi, dan pandemi, serta meningkatkan pemahaman mengenai faktor penyebabnya.
Desa Purwoharjo di Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, menjadi lokasi pilot project SBM. Pemilihan lokasi ini didasari oleh riwayat kasus malaria beberapa tahun lalu dan belum terdeteksinya kasus TBC di wilayah tersebut. Padahal, minimnya laporan kasus bukan berarti wilayah tersebut bebas penyakit. Bisa jadi, kasus sebenarnya ada namun tidak terdeteksi akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri.
Dalam program ini, masyarakat berperan aktif sebagai relawan surveilans. Mereka terdiri dari kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, karang taruna, perwakilan sekolah, kepala desa, dan petugas puskesmas. Tim relawan dibentuk di setiap dusun, dan setiap minggu mereka melaporkan hasil pengamatan kepada Puskesmas Karangtengah. Sebelum bertugas, para relawan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.
"Relawan akan melaporkan kejadian mencurigakan, seperti warga yang batuk lebih dari dua minggu, gigitan hewan, atau hewan yang mati, setiap pekan. Selanjutnya, mereka akan mendatangi warga bersama petugas kesehatan," jelas koordinator program.
Fokus utama surveilans adalah TBC, mengingat belum adanya temuan kasus di wilayah tersebut. Kecamatan Karangtengah berbatasan langsung dengan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dan banyak warganya merantau ke luar daerah, sehingga berpotensi membawa penyakit menular.
Jika program SBM berhasil diterapkan di Desa Purwoharjo, program serupa akan diperluas ke seluruh kecamatan di Wonogiri, bahkan di seluruh Indonesia.
"Tantangan kami adalah kondisi geografis Karangtengah yang berbukit dan terpencil, sehingga dibutuhkan kerja ekstra agar program ini berhasil," tambahnya.
Data Dinas Kesehatan Wonogiri mencatat, terdapat 1.671 kasus TBC sejak Januari 2025. Jumlah ini masih di bawah target 2.786 temuan kasus TBC di Wonogiri.