Kondisi memprihatinkan di Jalur Gaza akhirnya mendapat sorotan tajam dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang secara resmi menyatakan terjadinya bencana kelaparan. Kendati demikian, deklarasi ini dianggap terlambat oleh warga Palestina yang sudah lama menderita akibat krisis pangan.
Peringatan mengenai ancaman kelaparan di Gaza sebenarnya sudah berulang kali disuarakan. Pada akhir Juli lalu, inisiatif Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang didukung PBB telah mengemukakan risiko kelaparan akibat konflik yang berkecamuk.
Data IPC menunjukkan peningkatan drastis kasus malnutrisi, terutama pada anak-anak. Lebih dari 20.000 anak membutuhkan perawatan akibat malnutrisi akut antara April hingga pertengahan Juli, dengan 3.000 di antaranya mengalami kondisi parah. Laporan IPC menyebutkan bahwa batas ambang kelaparan telah terlampaui di sebagian besar wilayah Gaza.
PBB mengumumkan bahwa sedikitnya 500.000 warga Gaza menghadapi kondisi "bencana" kelaparan. PBB menyayangkan hambatan akses bantuan yang membuat krisis ini seharusnya dapat dicegah. Diprediksi, jumlah warga yang terdampak akan meningkat menjadi 641.000 orang pada akhir September, mencakup hampir sepertiga populasi Gaza, dan meluas ke Deir al-Balah dan Khan Younis.
Pemerintah Israel menolak klaim PBB tersebut, dan menyebut laporan IPC sebagai "kebohongan Hamas" yang diproses melalui organisasi-organisasi yang berkepentingan. Mereka mengklaim bantuan dalam jumlah besar telah masuk ke Gaza dan menurunkan harga pangan secara signifikan.
Hamas menyambut deklarasi PBB, meskipun menilai keputusan tersebut terlambat. Mereka mendesak pencabutan blokade Israel dan pembukaan perbatasan tanpa batas untuk memungkinkan masuknya bantuan makanan, obat-obatan, air, dan bahan bakar. Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) juga mendesak Israel untuk mengakui bencana kelaparan yang terjadi di Gaza.
Di tengah situasi yang genting, warga Palestina berjuang untuk mendapatkan makanan. Di dapur umum Kota Gaza, terlihat antrian panjang warga yang berharap mendapatkan beras untuk dimasak. Bagi banyak dari mereka, deklarasi PBB datang terlambat. Banyak anak-anak sudah menderita sakit akibat kekurangan makanan dan air.
Krisis kelaparan di Gaza menjadi bukti nyata dampak kemanusiaan dari konflik berkepanjangan. Tindakan segera sangat dibutuhkan untuk mengatasi kelaparan dan mencegah jatuhnya korban jiwa yang lebih banyak lagi.