Infeksi demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi berulang kali patut diwaspadai, karena berpotensi memicu gejala yang lebih parah hingga berujung pada kematian. Kelompok usia anak-anak dan mereka yang memiliki penyakit penyerta menjadi kelompok yang paling rentan.
Dokter spesialis menekankan bahwa virus dengue memiliki beragam jenis, yang berarti seseorang bisa terinfeksi lebih dari satu kali. Sayangnya, infeksi yang berulang ini cenderung lebih berat dampaknya. Data menunjukkan bahwa hampir separuh kematian akibat demam berdarah terjadi pada anak-anak usia 5-14 tahun. Bahkan, infeksi tanpa gejala pada orang dewasa pun berpotensi menjadi sumber penularan bagi anggota keluarga lainnya.
Karena itu, pencegahan DBD harus dimulai dari lingkungan rumah. Penting untuk diingat bahwa hingga saat ini belum ada obat khusus yang mampu menyembuhkan DBD. Pengobatan yang diberikan hanya bertujuan meringankan gejala yang timbul, bukan untuk membunuh virus penyebabnya.
Langkah pencegahan menjadi semakin krusial, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti obesitas, gangguan ginjal, diabetes, atau hipertensi. Kelompok ini lebih berisiko mengalami kondisi yang serius jika terinfeksi DBD.
Data terkini menunjukkan bahwa Jawa Barat mencatat jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia, dengan belasan ribu kasus dan puluhan kematian.
Pihak rumah sakit terus berupaya meningkatkan layanan promotif dan preventif untuk melindungi masyarakat dari ancaman penyakit menular seperti DBD. Upaya pencegahan DBD dapat dilakukan melalui Gerakan 3M Plus secara konsisten, menjaga kebersihan lingkungan, serta mempertimbangkan vaksinasi dengue sebagai lapisan perlindungan tambahan.