Serangan udara dahsyat menghantam Sanaa, ibu kota Yaman, pada Minggu (24 Agustus 2025), menewaskan sedikitnya enam orang dan menyebabkan puluhan lainnya terluka. Eskalasi ini terjadi hanya dua hari setelah kelompok Houthi meluncurkan rudal ke wilayah Israel, sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan Palestina.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan udara mereka menyasar "kompleks militer" di Sanaa, termasuk area istana presiden. Sebaliknya, media yang berafiliasi dengan Houthi, Al Masirah, melaporkan bahwa fasilitas minyak dan pembangkit listrik menjadi target serangan. Akibatnya, setidaknya enam orang kehilangan nyawa dan 86 orang menderita luka-luka.
Kelompok Houthi menolak klaim Israel. Seorang pejabat militer Houthi menegaskan bahwa sistem pertahanan udara mereka berhasil "menangkal sebagian besar pesawat musuh Israel" yang terlibat dalam agresi tersebut. Mohammed al-Bukhaiti, seorang tokoh Houthi, menegaskan bahwa serangan Israel tidak akan menggoyahkan komitmen kelompoknya untuk mendukung Palestina.
Serangan Israel tersebut menuai kecaman keras dari Hamas. Dalam pernyataan resminya, Hamas menyebut serangan itu sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Arab dan hukum internasional." Hamas juga menyampaikan pujian atas keberanian Houthi dan mendesak negara-negara Arab dan Muslim serta semua pihak yang menjunjung tinggi kebebasan untuk bersatu dalam upaya bersama mendukung perjuangan Palestina.