Jakarta – Dunia Arab serentak mengecam Israel atas bencana kelaparan yang kini melanda Gaza. Arab Saudi, Kuwait, Yordania, dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) menuding Israel melakukan kejahatan keji terhadap warga sipil yang menderita kelaparan ekstrem. Mereka menyerukan intervensi internasional segera untuk mengatasi krisis kemanusiaan ini.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan pernyataan keras, menuduh Israel melakukan genosida terhadap penduduk sipil Gaza. Mereka menyebut kelaparan ini sebagai "Noda pada hati nurani kemanusiaan." Menurut Saudi, bencana kelaparan yang dikonfirmasi oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC) adalah konsekuensi langsung dari tindakan sistematis tentara Israel, termasuk menghalangi bantuan kemanusiaan dan melakukan pemindahan paksa terhadap warga sipil yang terkepung.
"Kerajaan Arab Saudi menyatakan keprihatinan mendalam atas laporan IPC dan deklarasi resmi bencana kelaparan di Gaza," tegas Kementerian tersebut. Riyadh juga mengutuk apa yang disebutnya sebagai "Kejahatan Genosida Berulang" oleh pasukan Israel, mendesak masyarakat internasional, khususnya anggota tetap Dewan Keamanan PBB, untuk mengambil tindakan tegas guna mengakhiri kelaparan dan menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina.
Kuwait turut menyuarakan kecaman serupa atas kebijakan kelaparan, penindasan, dan pemindahan paksa yang dilakukan Israel di Gaza. Kementerian Luar Negeri Kuwait mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan genosida yang sedang berlangsung dan meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan terhadap kemanusiaan, merujuk pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 2417 yang melarang penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.
Sekretaris Jenderal GCC, Jasem al-Budaiwi, menggambarkan kelaparan ini sebagai akibat dari "kebijakan kelaparan tidak manusiawi" Israel. Ia menegaskan kembali dukungan GCC terhadap hak-hak Palestina dan perlindungan mereka di bawah hukum internasional. GCC mendesak tekanan internasional segera kepada Israel untuk membuka perlintasan dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza tanpa batasan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sufyan Qudah, menyebut deklarasi kelaparan sebagai "indikator berbahaya dari situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Jalur Gaza." Ia menyoroti bahwa hal ini adalah akibat dari kebijakan dan tindakan tidak manusiawi sistematis pemerintah Israel yang menjadikan kelaparan sebagai senjata melawan Palestina. Qudah mengecam pembatasan berkelanjutan Israel terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang telah menyebabkan "tingkat kelaparan yang mengkhawatirkan." Ia menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bertindak cepat dan tanpa penundaan untuk memaksa Israel mengakhiri agresinya, mengakhiri kelaparan, dan memastikan masuknya bantuan yang cukup dan berkelanjutan ke Jalur Gaza.
Laporan terbaru IPC mengonfirmasi kondisi kelaparan telah terjadi di Gaza, memengaruhi lebih dari 500.000 orang. Krisis ini, yang digambarkan oleh badan-badan PBB sebagai sepenuhnya buatan manusia, diproyeksikan akan menyebar lebih jauh ke selatan dalam beberapa minggu mendatang, kecuali jika respons kemanusiaan skala besar segera diizinkan. Pejabat PBB dan badan kemanusiaan menuding blokade Israel, penghancuran infrastruktur sipil, pengungsian berulang, dan pembatasan ketat pengiriman bantuan sebagai penyebab utama bencana kelaparan ini.
Kampanye militer Israel telah menghancurkan wilayah Gaza, yang kini menghadapi bencana kelaparan. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilakukannya di wilayah tersebut.