Gunung Api Bawah Laut Axial Seamount Siap Meletus, Apakah Berbahaya?

Para ahli vulkanologi mengumumkan bahwa Gunung Axial Seamount, gunung api yang terendam di Samudra Pasifik, menunjukkan tanda-tanda kuat akan segera meletus. Gunung ini terletak sekitar 482 kilometer dari pesisir Oregon, Amerika Serikat, dengan puncak yang menjulang 1.493 meter di bawah permukaan laut.

Aktivitas seismik di sekitar gunung tersebut meningkat secara signifikan, memicu spekulasi tentang letusan yang akan datang dalam waktu dekat. Gunung ini terlihat "mengembang" seperti balon akibat akumulasi magma di dalamnya. Peningkatan gempa dan perubahan bentuk kaldera juga menjadi indikator aktivitas vulkanik yang meningkat. Tercatat lebih dari 2.000 gempa terjadi hanya dalam satu hari pada bulan Juni lalu.

Gunung Axial memiliki sejarah letusan yang berulang dalam 30 tahun terakhir, yaitu pada tahun 1998, 2011, dan 2015. Data batimetri menunjukkan lokasinya berada di zona vulkanik aktif, yaitu punggung bukit Juan de Fuca. Meskipun waktu pasti letusan sulit diprediksi karena fluktuasi aktivitas gempa, para peneliti memperkirakan letusan dapat terjadi sebelum akhir tahun 2025.

Apakah Letusan Ini Berbahaya Bagi Manusia?

Letusan Gunung Axial Seamount umumnya tidak menimbulkan ancaman langsung bagi manusia. Lokasinya yang berada di laut dalam dan jauh dari pantai membuat letusan ini tidak mengancam jiwa atau properti. Meski aktivitasnya intens, erupsi tetap terjadi di bawah laut dan tidak berdampak besar pada daratan.

Pemahaman tentang pola letusan gunung api bawah laut ini sangat penting. Prediksi akurat mengenai letusan dapat membantu para ahli vulkanologi dalam memprediksi letusan gunung berapi di masa depan yang berpotensi membahayakan manusia.

Teknologi pemantauan yang dipasang di dasar laut memainkan peran penting dalam memahami respons kehidupan dasar laut terhadap aktivitas vulkanik. Kabel serat optik menyediakan daya dan internet bagi instrumen untuk memantau aktivitas seismik dan bagaimana kehidupan di dasar laut merespons letusan.

Para ilmuwan juga meneliti mikroba ekstrem yang hidup di ventilasi hidrotermal kaldera gunung berapi. Mikroba ini hidup di air mendidih dan menghirup zat besi atau belerang. Penelitian ini dapat memberikan petunjuk tentang evolusi kehidupan di Bumi dan peran mikroba dalam siklus biogeokimia global.

Scroll to Top