Iran Buka Pintu Kerjasama Nuklir dengan AS di Tengah Kontroversi Masa Lalu

Iran menunjukkan sinyal positif untuk menjalin kolaborasi dengan Amerika Serikat dalam bidang energi nuklir. Tawaran langka ini muncul setelah Menteri Luar Negeri Iran mengindikasikan kesiapan negaranya untuk berdagang dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Amerika dalam pengembangan reaktor atom. Dua mantan duta besar Iran pun menegaskan kembali semangat kemitraan tersebut.

Ali Akbar Faramarzi, mantan duta besar Iran untuk beberapa negara Eropa, menilai tawaran ini sebagai langkah yang cerdas dan terukur untuk membangun kepercayaan dan kerja sama dengan AS. Ia menekankan bahwa kerja sama di bidang nuklir adalah proposal yang masuk akal dan dipikirkan dengan matang.

Abdolreza Farajirad, mantan duta besar Iran untuk Norwegia, menyoroti krisis ekonomi yang dialami Iran akibat sanksi AS. Ia menekankan perlunya kerja sama, dengan menyatakan bahwa Iran terbuka untuk investasi dari negara-negara seperti AS, China, Rusia, atau Norwegia di sektor minyak dan gas.

Sebelumnya, Presiden Iran juga telah menyatakan bahwa Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei menyetujui kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat.

Di sisi lain, masa lalu kelam Iran kembali menghantui. Rekaman audio yang bocor mengungkap pembantaian tahanan politik tahun 1988, memicu kembali tuntutan agar otoritas internasional menyelidiki kasus tersebut. Rekaman tersebut menampilkan Ayatollah Hossein Ali Montazeri, yang mengkritik eksekusi para tahanan dan mengungkap keterlibatan pejabat tinggi dalam pembantaian tersebut. Jumlah korban diperkirakan mencapai ribuan.

Seorang mantan pendukung garis keras Republik Islam, Sadegh Zibakalam, berpendapat bahwa Iran kini "membayar harga masa lalunya" dengan harus bernegosiasi dengan tim Donald Trump. Ia menyoroti bagaimana Iran memperlakukan para pemimpin AS sebelumnya dan kini terpaksa berurusan dengan sosok yang kontroversial seperti Trump.

Kontroversi lain juga muncul terkait eksekusi rahasia seorang tahanan Kurdi bernama Hamid Hosseinnejad. Eksekusi tersebut memicu kemarahan luas di media sosial, dengan banyak warga Iran menyuarakan protes mereka. Hosseinnejad dieksekusi tanpa pemberitahuan kepada keluarganya dan setelah melalui persidangan yang dianggap bermasalah secara hukum. Warga Iran membandingkan kejadian ini dengan eksekusi tahanan politik di masa lalu dan mengecam tindakan rezim tersebut.

Scroll to Top