Tompi Berang: Persoalan Royalti di WAMI Jadi Sorotan

Polemik antara Tompi dan Wahana Musik Indonesia (WAMI) memasuki babak baru. Ketidakjelasan sistem royalti dan kurangnya transparansi menjadi pemicu utama kekecewaan penyanyi tersebut. Bahkan, Tompi memutuskan untuk menarik diri dari WAMI dan mengizinkan siapa pun menyanyikan lagunya sampai ada kejelasan mengenai sistem royalti yang adil.

Dalam pernyataannya, Tompi menekankan pentingnya royalti yang berjalan dengan benar. "Saya setuju royalti harus benar. Tapi, tidak boleh memberatkan yang membayar, dan harus sesuai realita," ungkap Tompi. Ia menyoroti ketidaksesuaian antara jumlah pemutaran lagu dengan royalti yang diterima. Menurutnya, pembayaran seharusnya proporsional dengan frekuensi pemutaran.

WAMI sendiri sebelumnya mengklaim telah memberikan distribusi minimum sebesar Rp 500 ribu kepada musisi dan komposer yang tergabung sebelum akhir tahun 2024. Hal ini dilakukan sebagai kompensasi bagi pencipta yang karyanya sulit teridentifikasi dan terdokumentasi.

Namun, bagi Tompi, aturan tersebut justru menambah kebingungan. Ia mempertanyakan dasar perhitungan dan menegaskan bahwa WAMI adalah lembaga kolektif, bukan yayasan amal. "Kalau mau menolong, bikin yayasan. Lembaga pengutip harus bekerja sesuai fakta di lapangan. Kalau diputar sejuta kali, ya dapatnya sejuta," tegasnya. Tompi berharap ada perubahan mendasar dalam sistem royalti di WAMI agar lebih transparan dan adil bagi semua pihak.

Scroll to Top