Australia Usir Duta Besar Iran Terkait Serangan Anti-Semit

CANBERRA – Pemerintah Australia mengambil langkah tegas dengan mengusir Duta Besar Iran, Ahmad Sadeghi, dan menangguhkan operasional kedutaan besarnya di Teheran. Keputusan ini diambil menyusul temuan badan intelijen Australia, ASIO, yang mengungkap keterlibatan Iran dalam serangkaian serangan anti-Semit di wilayah Australia.

Perdana Menteri Anthony Albanese menyampaikan pengumuman mengejutkan ini bersama dengan Kepala Polisi Federal Australia (AFP) Reece Kershaw, Kepala ASIO Mike Burgess, dan Menteri Luar Negeri Penny Wong.

Investigasi ASIO mengaitkan Iran dengan beberapa insiden, termasuk serangan pembakaran terhadap Sinagoga Adass Israel di Melbourne pada 6 Desember 2024, yang dilakukan oleh dua orang bertopeng. Selain itu, terdapat dugaan kuat keterkaitan dengan serangan bom molotov terhadap Lewis’ Continental Kitchen di Bondi, Sydney, pada Oktober tahun sebelumnya.

Sadeghi, bersama tiga pejabat kedutaan Iran lainnya, diberitahu mengenai pengusiran mereka hanya 30 menit sebelum konferensi pers PM Albanese. Mereka diberi waktu tujuh hari untuk meninggalkan Australia, dan status "persona non-grata" telah ditetapkan bagi mereka. Ini merupakan pertama kalinya Australia mengusir seorang duta besar asing sejak Perang Dunia II.

"ASIO telah mengumpulkan bukti intelijen yang meyakinkan yang mengarah pada kesimpulan yang sangat mengganggu bahwa pemerintah Iran mengarahkan setidaknya dua serangan ini," tegas PM Albanese.

Pemerintah Australia juga mengimbau seluruh warga negaranya untuk segera meninggalkan Iran jika memungkinkan dengan aman. Albanese menyebut tindakan Iran sebagai "tindakan agresi yang luar biasa dan berbahaya yang diatur oleh negara asing di tanah Australia."

Menteri Luar Negeri Penny Wong menambahkan bahwa tindakan ini tidak dapat diterima dan merupakan upaya untuk memecah belah komunitas Australia.

Direktur Jenderal ASIO, Mike Burgess, mengungkapkan bahwa penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap bagaimana Iran merekrut agen-agennya di Australia. Diduga, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) terlibat dalam proses rekrutmen ini, memanfaatkan jaringan kriminal terorganisir untuk melaksanakan perintah mereka.

Scroll to Top