Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine mengungkapkan kaitan erat antara tekanan darah tinggi yang tidak ditangani dengan peningkatan risiko demensia di kemudian hari. Studi yang melibatkan puluhan ribu orang dewasa paruh baya dan lanjut usia di China ini menemukan bahwa mereka yang menderita hipertensi tanpa pengobatan memiliki kemungkinan 42% lebih tinggi untuk mengalami demensia sepanjang hidup mereka dibandingkan mereka yang tidak menderita hipertensi.
Untuk menguji efektivitas intervensi, para peneliti membagi peserta menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menerima pengobatan hipertensi yang dipersonalisasi, termasuk edukasi mengenai pemantauan tekanan darah di rumah, anjuran gaya hidup sehat seperti pengurangan asupan natrium dan alkohol, serta penekanan pada pentingnya konsistensi dalam menjalani perawatan. Kelompok kedua menerima perawatan standar, edukasi dasar, dan pemeriksaan klinis rutin.
Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang menerima intervensi intensif tidak hanya menunjukkan kontrol tekanan darah yang lebih baik, tetapi juga mengalami penurunan kognitif yang jauh lebih rendah. Risiko terkena demensia menurun hingga 15%, dan kemungkinan mengalami gangguan kognitif menurun hingga 16%.
Temuan ini disambut baik oleh para ahli di bidang Alzheimer dan penyakit jantung. Studi ini menunjukkan bahwa pengelolaan tekanan darah yang efektif dapat menjadi strategi penting untuk mengurangi risiko demensia. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari pengendalian tekanan darah dan untuk memastikan bahwa hasil serupa dapat dicapai pada populasi yang berbeda dengan program perawatan yang sama.
Jika hasil ini terkonfirmasi, implementasi perawatan hipertensi yang lebih luas pada individu yang berisiko dapat direkomendasikan sebagai upaya untuk memerangi peningkatan kasus demensia.