Sejak awal tahun, pergerakan saham bank-bank besar di Indonesia menunjukkan tren yang beragam, meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali. Kebijakan moneter ini ternyata belum secara signifikan mengangkat kinerja saham sektor perbankan.
Empat bank dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI), mencatatkan performa yang berbeda-beda.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan pada perdagangan Selasa (26/8), saham BBCA merosot 2,65% ke level Rp 8.250. Secara year-to-date (ytd), saham BBCA terkoreksi 13,70%. Dalam seminggu terakhir, penurunannya mencapai 1,76%.
Sebaliknya, saham BBRI justru mencatatkan kenaikan 2,70% ytd dan menguat 3,71% dalam sepekan ke level Rp 4.190. Meskipun demikian, pada hari yang sama, saham BBRI mengalami koreksi tipis sebesar 0,95%. BMRI juga mengalami koreksi ytd sebesar 14,04%, namun berhasil mencatat kenaikan 2,08% dalam sepekan. Pada hari Selasa, saham BMRI turun 1,01% ke level Rp 4.900.
Sementara itu, saham BBNI hanya naik tipis 1,15% ytd dan menguat 1,62% dalam sepekan. Pada hari Selasa, saham BBNI turun 2,02% ke level Rp 4.540.
Menilik kinerja keuangan semester pertama 2025, hanya BCA yang mampu mencetak pertumbuhan laba bersih. Dua bank lainnya mengalami penurunan, sementara Bank Mandiri belum mengumumkan laporan keuangannya.
Laba BCA Melonjak 8%
Di antara keempat bank besar tersebut, hanya BBCA yang berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih di semester pertama 2025. Laba bersih BBCA mencapai Rp 29 triliun, meningkat 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 26,9 triliun. Pendorong utama pertumbuhan ini adalah penyaluran kredit yang tumbuh 12,9% menjadi Rp 959 triliun.
Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit BCA positif di berbagai segmen, mulai dari korporasi, UMKM, hingga konsumer. Event BCA Expoversary 2025 juga turut berkontribusi dalam meningkatkan pembiayaan.
Kredit korporasi mencatat pertumbuhan tertinggi, yaitu 16,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 451,8 triliun, diikuti oleh kredit komersial yang tumbuh 12,6% yoy menjadi Rp 143,6 triliun, dan UKM yang tumbuh 11,1% yoy menjadi Rp 127 triliun. Sementara itu, kredit konsumer naik 7,6% yoy menjadi Rp 226,4 triliun, dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 8,4% yoy menjadi Rp 137,6 triliun.
Kualitas aset BCA juga terjaga dengan baik, dengan rasio non-performing loan (NPL) sebesar 2,2% dan loan at risk (LAR) sebesar 5,7%, membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Penyaluran kredit berkelanjutan juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 21,1% yoy menjadi Rp 239,7 triliun, atau setara dengan 24,9% dari total portofolio kredit BCA.
Laba BRI Menyusut 11,5%
Bank BUMN, BBRI, mencatatkan laba bersih sebesar Rp 26,27 triliun pada semester pertama 2025. Angka ini turun 11,53% dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 29,70 triliun. Meskipun pendapatan bunga bersih naik 2,8% yoy menjadi Rp 73,27 triliun, beban pencadangan juga meningkat signifikan sebesar 25,8% menjadi Rp 23,27 triliun.
Penyaluran kredit BBRI tercatat sebesar Rp 1.416 triliun, tumbuh 5,97% yoy. Kredit UMKM masih mendominasi dengan porsi 80,32% atau Rp 1.137,84 triliun. Kualitas kredit BRI membaik dengan penurunan NPL gross menjadi 3,23% dan NPL net menjadi 0,99%.
BRI juga mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,65% yoy menjadi Rp 1.482,12 triliun dengan rasio current account savings account (CASA) sebesar 65,51%. Loan to deposit ratio (LDR) konsolidasi BRI berada di level 84,97%.
Laba BNI Turun 5,58%
Sementara itu, BBNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 10,09 triliun pada semester I-2025, turun 5,58% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 10,69 triliun. Pendapatan bunga bersih BNI naik tipis menjadi Rp 19,51 triliun dari Rp 19,07 triliun. Namun, pos provisi dan komisi turun menjadi Rp 4,84 triliun dari Rp 4,95 triliun.
Kredit BNI tumbuh 7,1% yoy menjadi Rp 778,7 triliun. Kredit korporasi naik 10,4% yoy menjadi Rp 435,8 triliun, sementara kredit konsumer tumbuh 10,7% yoy menjadi Rp 147 triliun.
Kualitas aset BNI juga membaik, dengan NPL sebesar 1,9% dan LAR sebesar 11%. DPK BNI juga tumbuh 16,5% yoy menjadi Rp 900 triliun, didorong oleh CASA yang meningkat 18,7% yoy menjadi Rp 647,6 triliun.
Hingga saat ini, Bank Mandiri belum merilis laporan keuangan semester pertamanya.