Jakarta – Masyarakat di Papua Selatan dan Papua Tengah kini menghadapi tantangan dalam mengakses layanan telekomunikasi akibat putusnya Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL). Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama Telkom Group tengah berupaya keras memulihkan kondisi ini secepat mungkin.
Gangguan terjadi pada dua ruas kabel utama. Ruas Sorong-Fakfak dilaporkan putus pada 23 Juli 2025, sementara ruas Timika-Merauke mengalami masalah serupa pada 16 Agustus 2025. Akibatnya, kualitas layanan internet dan komunikasi di kedua provinsi tersebut menurun signifikan.
Di Papua Selatan, layanan telekomunikasi mengalami penurunan kualitas karena kapasitas cadangan terbatas. Prioritisasi layanan pun terpaksa dilakukan. Sementara itu, di Papua Tengah, hanya layanan seluler enterprise dari Telkomsel yang beroperasi dengan prioritas khusus. Jaringan 2G masih berfungsi normal, namun akses 4G dibatasi dengan kecepatan maksimal 1 Mbps per pengguna.
Telkom telah mengirimkan kapal khusus untuk perbaikan kabel SKKL. Kapal tersebut bertolak dari Makassar menuju Kendari dan saat ini berada di perairan Wakatobi, melanjutkan perjalanan menuju titik kerusakan.
Jadwal perbaikan ruas Timika-Merauke diperkirakan berlangsung antara 18 Agustus hingga 5 September 2025. Sementara perbaikan ruas Sorong-Fakfak dijadwalkan antara 11 hingga 19 September 2025. Targetnya, layanan telekomunikasi di Papua dapat kembali normal sepenuhnya pada 19 September 2025.
Sebagai langkah mitigasi sementara, Komdigi dan Telkom Group telah menyiapkan sejumlah solusi. Upaya-upaya tersebut meliputi penambahan kapasitas cadangan, penyediaan WiFi Corner di enam lokasi strategis di Merauke, pemberian kompensasi khusus bagi pelanggan Telkomsel dan Indihome yang terdampak, serta pendirian posko internet gratis Merah Putih di beberapa lokasi, termasuk kantor Bupati dan Polres Merauke.
Keamanan infrastruktur Telkom Group juga menjadi perhatian utama, dengan dukungan penuh dari TNI/Polri.
Komdigi menegaskan bahwa layanan telekomunikasi di Papua Selatan tidak sepenuhnya mati. Masyarakat mungkin merasakan penurunan kualitas karena mitigasi saat ini masih bergantung pada backup satelit dan microwave.
"Internet dan 4G tetap dapat digunakan, namun kualitasnya akan menurun selama proses perbaikan berlangsung," jelas Komdigi.