Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan menerbitkan obligasi bernama Patriot Bond. Targetnya, dana sebesar US$3,1 miliar atau setara Rp50 triliun akan diraih melalui instrumen ini. Dana segar tersebut akan dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek energi bersih dari pengolahan sampah.
Imbal hasil yang ditawarkan Patriot Bond sebesar 2%. Angka ini tergolong rendah dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan sovereign wealth fund (SWF) negara lain. Dengan kupon yang lebih kecil, beban bunga yang harus dibayar Danantara kepada investor juga akan lebih ringan.
Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer Danantara, menjelaskan bahwa Patriot Bond adalah alat pembiayaan penting yang sering digunakan oleh negara-negara seperti Jepang dan Amerika Serikat untuk memperkuat kemandirian finansial negara.
"Prinsip utama Patriot Bond adalah partisipasi sukarela dan tanggung jawab bersama. Ini membuka kesempatan bagi pelaku usaha dalam negeri untuk berkontribusi pada pembangunan, sekaligus menjamin keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat," ungkap Pandu.
Langkah Danantara ini mengikuti jejak SWF internasional lainnya yang telah memanfaatkan obligasi sebagai bagian dari strategi pendanaan mereka.
Sebagai perbandingan, Turkiye Wealth Fund (TWF) menerbitkan obligasi senilai US$750 juta pada Oktober 2024 dengan kupon 6,950%. Sementara itu, Investment Corporation of Dubai (ICD) menerbitkan surat utang senilai US$600 juta pada Oktober 2020 dengan yield 3,223%.
Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi juga aktif di pasar obligasi, dengan menerbitkan obligasi jumbo senilai US$4 miliar pada Januari 2025 dengan tenor 10 tahun dan yield 5,730%. Dana ini digunakan untuk mendukung diversifikasi ekonomi Saudi melalui proyek Vision 2030.
Masdar Abu Dhabi, perusahaan energi bersih di bawah Mubadala, juga menerbitkan dua seri obligasi pada Mei 2025. Seri pertama bernilai US$500 juta dengan tenor 5 tahun dan yield 4,875%, sedangkan seri kedua bernilai sama dengan tenor 10 tahun dan yield 5,375%.
