GAZA – Agresi militer Israel yang semakin menjadi-jadi di Kota Gaza telah menyebabkan kerusakan dahsyat. Lebih dari seribu bangunan di kawasan Zaytoun dan Sabra luluh lantak sejak awal bulan ini, tepatnya setelah pasukan Israel memulai operasi darat baru.
Menurut laporan, serangan tanpa henti dan blokade jalan membuat tim penyelamat kesulitan menjangkau ratusan warga sipil yang terjebak atau merespon laporan orang hilang. Situasi ini membuat rumah sakit setempat kewalahan menangani lonjakan korban.
Organisasi kemanusiaan menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan berkelanjutan ini, terutama mengingat keterbatasan kapasitas tim lapangan untuk menghadapi gempuran Israel. Tank-tank Israel dilaporkan telah memasuki Sabra, dan pengeboman intensif mengguncang seluruh kota.
Sumber medis melaporkan bahwa puluhan nyawa melayang dalam satu hari, termasuk sejumlah warga sipil yang mencari pertolongan. Sementara itu, krisis kelaparan semakin memburuk, dengan bertambahnya jumlah korban meninggal akibat kekurangan gizi, termasuk anak-anak.
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menggambarkan situasi ini sebagai "bencana puncak" yang melanda Gaza. Ia mendesak agar akses penuh diberikan kepada kelompok-kelompok bantuan dan jurnalis internasional untuk memberikan bantuan dan meliput kondisi sebenarnya di lapangan.
Militer Israel mengumumkan dimulainya operasi untuk merebut Kota Gaza, dan mengidentifikasi Zaytoun dan Sabra sebagai zona strategis bagi aktivitas kelompok Hamas.
Konflik ini berawal setelah serangan Hamas ke Israel selatan pada Oktober 2023, yang menyebabkan ratusan orang tewas dan disandera. Serangan balasan Israel telah menyebabkan puluhan ribu warga Palestina tewas dan luka-luka di Jalur Gaza.