Hubungan dagang antara India dan Amerika Serikat berada di titik kritis. Ancaman tarif impor dari AS, terutama terhadap produk-produk India, memicu kekhawatiran serius di kalangan pelaku usaha dan analis ekonomi. Headline surat kabar utama India menyoroti potensi dampak negatif dari kebijakan perdagangan AS yang baru.
Ekspor India ke AS, yang mencapai US$87,3 miliar (setara Rp 1.424 triliun) pada tahun 2024, terancam mengalami penurunan signifikan. Industri hiburan Bollywood bahkan berpotensi menghadapi tarif tertinggi di dunia. Kebijakan perdagangan ini dipicu oleh isu-isu geopolitik, di mana AS mengancam pengenaan bea masuk sebesar 50% sebagai respons atas pembelian minyak Rusia oleh India.
Para ahli memperingatkan bahwa tarif sebesar ini akan berdampak seperti embargo perdagangan. Sektor-sektor penting seperti tekstil, makanan laut, dan perhiasan telah melaporkan pembatalan pesanan dari AS, serta kehilangan pangsa pasar ke negara-negara pesaing seperti Bangladesh dan Vietnam. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran akan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Beberapa produk farmasi dan elektronik, termasuk iPhone yang dirakit di India, juga terkena dampak penangguhan. Dampak keseluruhan diperkirakan setara dengan 1,% dari PDB India. Meski diperkirakan menjadi guncangan sementara, dampak ini tetap menjadi perhatian utama.
Menanggapi situasi ini, pemerintah India tengah menyiapkan paket bantuan senilai US$2,8 miliar bagi eksportir, sebuah program yang dirancang untuk mengatasi masalah likuiditas. Selain itu, usulan pemotongan pajak atas barang-barang kebutuhan sehari-hari juga tengah dipertimbangkan untuk mendorong konsumsi dan menopang perekonomian.