Mobil Listrik Makin Digemari di Indonesia: Penjualan Melonjak Berkat Insentif Pemerintah

Jakarta – Pasar mobil listrik di Indonesia menunjukkan tren positif. Meski mobil konvensional (ICE) berbahan bakar bensin masih mendominasi, pangsa pasarnya mulai tergerus oleh kehadiran mobil listrik.

Harga mobil listrik kini semakin kompetitif, meskipun masih berstatus impor utuh (CBU). Hal ini tak lepas dari insentif yang diberikan pemerintah.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, menyatakan bahwa peningkatan populasi kendaraan listrik terjadi seiring dengan pemberlakuan insentif dan kebijakan terkait percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Kebijakan ini tertuang dalam Perpres 79 Tahun 2023, perubahan atas Perpres 55/2019 tentang percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Populasi kendaraan listrik mengalami peningkatan signifikan. Dari 207.478 unit tahun lalu, kini mencapai 274.802 unit. Bahkan, populasi ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencatat 116.439 unit.

Kendaraan roda empat penumpang menjadi kontributor terbanyak dengan 77.277 unit, diikuti kendaraan roda dua sebanyak 15.064 unit, kendaraan roda tiga 617 unit, dan sisanya kendaraan komersial. Data ini berdasarkan SRUT Kementerian Perhubungan per 24 Juni 2025.

Data dari Gaikindo menunjukkan bahwa BYD mencatat penjualan terbanyak dari merek peserta program insentif CBU, yaitu 16 ribu unit. Disusul Denza (6 ribu unit), AION (3 ribu unit), Geely (1.500 unit), Citroën (839 unit), Xpeng (75 unit), dan Maxus (66 unit).

Pangsa pasar BEV (Battery Electric Vehicle) pada tahun 2024 hampir mencapai 5 persen, meningkat hampir 10 persen. Pada periode 2024 ke Juli 2025, terjadi peningkatan pangsa pasar hampir dua kali lipat. Sebaliknya, pangsa pasar ICE mengalami penurunan dari 88 persen menjadi 82 persen pada bulan Juli 2025.

Pada tahun 2021, penjualan mobil ICE mencapai 884.009 unit atau menguasai 99,64 persen pasar, sedangkan mobil listrik murni baru 0,08 persen. Namun, sepanjang Januari-Juli 2025, pangsa pasar mobil ICE menyusut menjadi 82,2 persen, sementara mobil listrik naik menjadi 9,7 persen.

Namun, perlu diingat bahwa pabrikan yang mengimpor mobil listrik diharapkan segera melakukan produksi lokal sesuai jadwal. Peneliti Senior LPEM UI, Riyanto, menekankan bahwa tujuan impor adalah untuk memperbesar pasar. Lebih lanjut, tujuan utama adalah mendorong investasi agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pusat produksi kendaraan listrik.

Insentif untuk BEV impor diberikan agar harga menjadi lebih terjangkau dan penjualan meningkat. Penjualan mobil listrik menunjukkan peningkatan luar biasa sejak September-Oktober 2022.

Scroll to Top