Kediaman Dwi Hartono, dalang di balik penculikan dan pembunuhan tragis seorang kepala cabang bank BUMN, tampak lengang dan sunyi. Terletak di Kompleks Perumahan Kota Wisata, Gunung Putri, Bogor, rumah mewah itu memancarkan aura misterius.
Dari luar, bangunan dua lantai bercat putih itu terlihat megah dengan desain modern. Pagar besi emas setinggi tiga meter mengelilingi halaman, seolah melindungi rahasia yang tersimpan di dalamnya. Plakat bertuliskan "Klan Hartono" menghiasi sisi kanan pagar, sementara jendela berteralis besi hitam dengan ornamen mahkota emas menambah kesan eksklusif.
Di garasi, tumpukan barang seperti ban mobil, sepeda anak-anak, dan wadah plastik besar terlihat berantakan. Suara mesin pompa air sesekali terdengar dari dalam rumah yang lampunya menyala di siang bolong, menambah kesan tak berpenghuni.
Suasana lingkungan sekitar pun terasa tenang. Tidak ada aktivitas warga di sekitar rumah, hanya kendaraan umum yang berlalu-lalang dan suara bising dari proyek pembangunan rumah tetangga.
Seorang petugas keamanan komplek mengaku tidak mengenal Dwi Hartono secara pribadi, namun membenarkan bahwa rumah tersebut adalah kediamannya.
Tetangga sekitar pun mengaku kaget mengetahui bahwa rumah mewah itu dihuni oleh seorang otak kejahatan. Mereka baru menyadari identitas penghuni rumah setelah kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang bank BUMN itu ramai diberitakan.
Namun, ada satu hal menarik yang terungkap. Meski sosok Dwi Hartono tak pernah terlihat, rumah tersebut dikenal sebagai lokasi kegiatan sosial. Setiap Jumat, nasi kotak dibagikan kepada warga sekitar. Kegiatan "Jumat Berkah" ini dilakukan oleh beberapa asisten rumah tangga. Sayangnya, kegiatan positif ini terhenti sejak kasus Dwi Hartono mencuat.
Kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang bank BUMN ini telah menyeret 15 tersangka. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok, mulai dari dalang intelektual hingga eksekutor dan pembuang jasad korban. Dwi Hartono termasuk dalam kelompok dalang intelektual. Motif di balik kejahatan keji ini masih menjadi misteri yang belum terungkap oleh pihak kepolisian.
Korban diculik di area parkir supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, dan ditemukan tewas di area persawahan di Kabupaten Bekasi. Jasad korban ditemukan dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mata terlilit lakban.
Sebelum terlibat dalam kasus pembunuhan ini, Dwi Hartono ternyata pernah dipenjara atas kasus pemalsuan ijazah.