BTPN Syariah Catat Kinerja Mengesankan di Kuartal I 2025: Fokus Perbaikan Aset Berbuah Manis

PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) menunjukkan performa gemilang di tiga bulan pertama tahun 2025, dengan fokus utama pada pembenahan kualitas aset. Strategi ini terbukti efektif dalam memulihkan bisnis nasabah yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Perbaikan kualitas aset berdampak positif pada kinerja keseluruhan BTPS. Laba bersih perseroan melesat 18% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 311 miliar pada kuartal I tahun ini.

Direktur BTPN Syariah, Fachmy Achmad, menekankan bahwa dua tahun terakhir merupakan masa sulit akibat pandemi. Oleh karena itu, prioritas utama adalah memperbaiki kualitas aset, bukan ekspansi.

Upaya ini membuahkan hasil yang signifikan. Beban provisi bank menurun drastis, mendorong peningkatan laba bersih meskipun pendapatan distribusi bagi hasil mengalami penurunan.

"Kinerja kuartal I-2025 menjadi yang terbaik dalam tujuh kuartal terakhir. Hal ini membuktikan bahwa model bisnis kami berjalan efektif," ujar Fachmy.

Sepanjang kuartal I 2025, beban provisi BTPS menyusut 43,8% YoY menjadi Rp 215 miliar, sejalan dengan perbaikan kualitas aset.

Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) gross BTPS berada di level 3,6% pada kuartal I 2025, turun dari 4% pada kuartal sebelumnya, meskipun masih lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 3%.

Untuk mengendalikan risiko pembiayaan, BTPS telah membentuk pencadangan hampir 100% terhadap NPF, sehingga rasio NPF net tetap rendah di level 0,03%.

Fachmy menjelaskan bahwa indikator x-days atau tingkat keterlambatan kewajiban dalam 30 hari menunjukkan tren penurunan selama tujuh kuartal berturut-turut hingga mencapai 0,71%.

Restrukturisasi pembiayaan BTPS pada tiga bulan pertama tahun ini tergolong rendah, hanya Rp 67 miliar, turun tajam dari Rp 545 miliar pada periode yang sama tahun lalu. "Kualitas aset BTPN Syariah benar-benar membaik. Nasabah yang terdampak pandemi kini sudah lancar menjalankan kewajibannya," imbuhnya.

Perbaikan kualitas pembiayaan dicapai melalui peningkatan disiplin dan kekompakan nasabah, serta program pendampingan yang berhasil mendorong pertumbuhan kinerja sejak awal tahun.

Ekspansi pembiayaan dilakukan secara selektif, dengan fokus pada nasabah lama yang usahanya masih berjalan baik dan nasabah baru yang telah menjalankan usaha minimal dua tahun.

Dengan strategi selektif tersebut, pembiayaan BTPN Syariah per Maret 2025 masih mengalami kontraksi 6% secara tahunan menjadi Rp 10,3 triliun, namun sudah tumbuh 1% secara kuartalan. Kontraksi pembiayaan ini berdampak pada pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang turun 5,7% YoY menjadi Rp 1,17 triliun.

Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 11,6 triliun, mengalami kontraksi sekitar 1% secara tahunan.

Siap Luncurkan Bisnis Baru

Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran penting bagi BTPN Syariah tentang risiko fokus pada satu segmen bisnis.

Oleh karena itu, BTPS memutuskan untuk melakukan diversifikasi bisnis dengan mengembangkan produk baru yang menyasar segmen mikro bawah (low micro), yang rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun di Aceh.

"Karena DNA kami ada di ultra mikro, menjalankan bisnis low micro akan sulit jika dilakukan sendiri. Strategi kami adalah berkolaborasi dengan bank induk," ujar Fachmy.

Pengembangan bisnis ini didasari studi banding ke India untuk mempelajari perkembangan bisnis pembiayaan ultra mikro di sana.

Selain meluncurkan produk baru, strategi bisnis BTPN Syariah tahun ini juga akan melanjutkan penguatan proses bisnis guna memperbaiki kualitas aset serta memperkuat kapabilitas organisasi.

Hingga akhir tahun, bank ini memproyeksikan pembiayaan akan tumbuh lebih baik, sejalan dengan perbaikan kualitas aset yang telah dicapai pada triwulan pertama.

Scroll to Top