Rencana Kontroversial Gaza Pasca-Perang: Trump, Kushner, dan Blair dalam Sorotan

Gedung Putih menjadi saksi bisu pertemuan penting yang membahas masa depan Gaza pasca-konflik. Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, dan menantu Presiden AS saat itu, Donald Trump, Jared Kushner, hadir dalam forum tersebut. Diskusi ini muncul di tengah spekulasi mengenai kapan perang Israel di Gaza akan berakhir, dengan perkiraan yang bervariasi dari "dua hingga tiga minggu" hingga akhir tahun.

Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menegaskan rencana tersebut sebagai upaya "kemanusiaan" Presiden Trump. Namun, partisipasi Blair dan Kushner, tanpa melibatkan perwakilan Palestina, memicu kekhawatiran tentang nasib Gaza di mata warga Palestina dan beberapa sekutu Arab AS.

Keterlibatan Kushner dalam diskusi tentang Gaza pasca-perang telah berlangsung selama beberapa bulan. Laporan sebelumnya mengungkapkan rencana kontroversial Trump untuk menggusur warga Palestina secara paksa dan mengubah Gaza menjadi "riviera" ala AS, yang mirip dengan ide yang pernah diusulkan Kushner.

Kushner sendiri pernah menyatakan bahwa properti tepi laut di Gaza memiliki nilai yang sangat tinggi. Ia juga menyarankan agar orang-orang dipindahkan agar wilayah tersebut dapat "dibersihkan". Seorang profesor ekonomi juga mengungkapkan bahwa Kushner telah berkonsultasi dengannya mengenai rekonstruksi Gaza pasca-perang, dengan ide yang sejalan dengan keinginan Trump. Profesor tersebut menyarankan untuk menggali seluruh wilayah Gaza, memindahkan penduduknya, dan menyingkirkan semua bangunan.

Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, yang dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, juga diperkirakan hadir dalam pertemuan Gedung Putih. Tidak ada laporan yang menyebutkan adanya perwakilan dari sekutu Arab AS atau faksi Palestina dalam pertemuan tersebut.

Mesir dan Yordania telah menyatakan kekhawatiran tentang rencana Trump untuk pengungsian paksa warga Palestina dari Gaza. Mesir, khususnya, khawatir bahwa masuknya ratusan ribu warga Palestina dapat mengganggu stabilitas negara dan membuka jalan bagi kelompok-kelompok perlawanan Palestina untuk beroperasi dari Semenanjung Sinai.

Mesir mempromosikan rencana yang didukung Liga Arab yang menyerukan agar Otoritas Palestina (PA) kembali ke Gaza dan pasukan penjaga perdamaian PBB dikerahkan ke Gaza dan Tepi Barat. Kushner sebelumnya diketahui telah mengesampingkan PA selama masa jabatan Trump.

Uni Emirat Arab (UEA) juga terlibat dalam diskusi ini, dengan Duta Besar UEA untuk AS, Yousef al-Otaiba, menyatakan bahwa ia "tidak melihat alternatif" selain pemindahan paksa warga Palestina. Kushner memiliki hubungan dekat dengan UEA, serta Arab Saudi dan Qatar, yang telah berinvestasi di dana ekuitas swasta miliknya.

Tony Blair Institute (TBI) juga terlibat dalam diskusi tentang mengubah Gaza menjadi "riviera" dan membangun "Zona Manufaktur Cerdas Elon Musk". Meskipun TBI bersikeras bahwa mereka tidak mendukung atau menulis slide presentasi rencana tersebut, dua stafnya berpartisipasi dalam diskusi terkait inisiatif tersebut.

Sebuah dokumen internal TBI, berjudul "Cetak Biru Ekonomi Gaza", menguraikan proposal ekonomi dan infrastruktur yang ambisius, termasuk pelabuhan laut dalam yang menghubungkan Gaza dengan koridor India-Timur Tengah-Eropa, serta visi untuk pulau-pulau buatan di lepas pantai.

Scroll to Top