Aksi demonstrasi yang melanda Indonesia pada Kamis (28/8) tak luput dari perhatian media asing. Berbagai outlet berita internasional menyoroti aksi massa yang dipicu oleh isu kesejahteraan dan tunjangan anggota parlemen.
Di Singapura, The Straits Times menyoroti ribuan demonstran yang turun ke jalan di Jakarta. Aksi ini disebut dipicu oleh kemarahan publik atas tunjangan besar bagi para wakil rakyat. Bentrokan antara demonstran dan polisi juga menjadi fokus pemberitaan. Media tersebut menyoroti kondisi ekonomi Indonesia yang rentan, dengan kenaikan harga kebutuhan pokok dan PHK massal yang memperparah ketidakpuasan masyarakat. Tunjangan perumahan anggota parlemen yang mencapai 50 juta rupiah per bulan, dianggap tidak sepadan dengan upah minimum di Jakarta.
Media Malaysia, New Straits Times, melaporkan aksi demonstrasi buruh di berbagai wilayah Indonesia. Tuntutan utama adalah peningkatan kesejahteraan, penghapusan outsourcing, PHK massal, dan reformasi kebijakan ketenagakerjaan. Sama seperti The Straits Times, New Straits Times memahami bahwa aksi ini adalah gelombang kemarahan atas gaji dan tunjangan tinggi anggota parlemen di tengah kesulitan ekonomi.
NHK dari Jepang menyoroti aksi unjuk rasa yang dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap kebijakan ekonomi pemerintah. Mereka melaporkan ribuan pengunjuk rasa berusaha mencapai gedung parlemen untuk memprotes gaji dan tunjangan anggota parlemen yang dianggap berlebihan. Polisi menggunakan gas air mata untuk mengendalikan massa.
Press TV dari Iran memberitakan tentang dua aksi protes berbeda yang terjadi pada hari Kamis, terkait pendapatan anggota DPR dan hak-hak buruh. Aksi unjuk rasa mahasiswa dan kelompok sipil lainnya berakhir ricuh dengan tindakan represif dari pihak kepolisian.
Anadolu Agency dari Turki meliput demonstrasi di Indonesia dengan fokus pada tuntutan kenaikan upah buruh, penghentian praktik outsourcing, dan protes atas kenaikan tunjangan anggota parlemen. Media ini juga menyoroti klarifikasi DPR terkait tunjangan anggota parlemen yang hanya akan diberikan hingga Oktober, sebagai respons terhadap tekanan demonstrasi.
Berbagai media asing ini menyoroti isu krusial di Indonesia, mulai dari ketidaksetaraan ekonomi, kesejahteraan buruh, hingga akuntabilitas pejabat publik. Aksi demonstrasi yang terjadi mencerminkan suara dan aspirasi masyarakat yang merasa tidak didengar oleh para pembuat kebijakan.