Harga emas mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa, dipicu oleh data inflasi Amerika Serikat yang mendukung ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Pada perdagangan Jumat (29 Agustus 2025), harga emas ditutup pada US$ 3.446,75 per troy ons, melonjak 0,9%. Kenaikan ini melanjutkan tren positif emas selama empat hari berturut-turut, dengan total penguatan mencapai 2,4%.
Harga penutupan ini melampaui rekor sebelumnya yang tercatat pada 13 Juni 2025, yaitu US$ 3.432,19 per troy ons. Meskipun demikian, rekor harga intraday emas masih lebih rendah dari rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 3.500,05 yang terjadi pada 22 April 2025.
Secara mingguan, harga emas juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 2,2%, tertinggi sejak 27 Juni 2025.
Lonjakan harga emas ini didorong oleh data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, yang menjadi acuan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga. Inflasi PCE AS naik 0,2% secara bulanan dan 2,6% secara tahunan, sesuai dengan perkiraan.
Data inflasi yang sesuai ekspektasi ini meningkatkan keyakinan pelaku pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga The Fed. Prospek penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan September meningkat menjadi hampir 89%, naik dari 85% sebelum rilis data.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga ini menyebabkan pelemahan dolar AS. Indeks dolar merosot ke 97,71 pada perdagangan Jumat dan menuju penurunan bulanan sebesar 2,2%. Dolar yang lebih lemah membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi pembeli di luar AS.
Selain itu, harga emas juga didukung oleh ketidakpastian terkait independensi The Fed. Sengketa hukum terkait upaya pemecatan Gubernur The Fed oleh pemerintahan AS turut menambah sentimen positif bagi emas.
Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa potensi kenaikan harga emas di atas US$ 3.400 mungkin semakin terbatas. Meski demikian, aliran dana ke ETF emas menunjukkan bahwa investor tetap tertarik pada aset safe haven ini.
