Ankara mengambil langkah tegas dengan menghentikan seluruh aktivitas komersial dan ekonomi dengan Israel. Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengumumkan penutupan wilayah udara Turki untuk penerbangan tertentu dari Israel.
Keputusan ini diambil di tengah ketegangan yang meningkat antara kedua negara terkait operasi militer Israel di Gaza, di mana Turki menuduh Israel melakukan tindakan genosida.
"Kami telah sepenuhnya menghentikan perdagangan dengan Israel," tegas Fidan dalam pidatonya di parlemen. "Pelabuhan kami tertutup bagi kapal-kapal Israel."
Pemerintah Turki melarang kapal kontainer yang mengangkut senjata dan amunisi menuju Israel untuk memasuki pelabuhan Turki, serta melarang pesawat yang membawa barang serupa melintasi wilayah udara Turki. Kapal berbendera Turki juga dilarang berlabuh di pelabuhan Israel, dan sebaliknya, kapal Israel dilarang memasuki pelabuhan Turki.
Sumber diplomatik menjelaskan bahwa pembatasan penerbangan hanya berlaku untuk penerbangan resmi Israel dan pesawat yang membawa senjata atau amunisi, bukan untuk penerbangan komersial reguler. Otoritas pelabuhan Turki kini mewajibkan agen pengiriman untuk membuktikan bahwa kapal tidak terkait dengan Israel dan tidak membawa kargo militer atau berbahaya yang ditujukan ke negara tersebut.
Meski demikian, seorang pejabat Israel mengklaim bahwa Turki pernah mengumumkan pemutusan hubungan ekonomi di masa lalu, namun hubungan tersebut tetap berlanjut.
Langkah ini merupakan indikasi terbaru dari memburuknya hubungan antara Turki dan Israel, yang dipicu oleh konflik di Gaza yang bermula dari serangan Hamas pada Oktober 2023.
Turki mengecam keras tindakan Israel di Gaza, dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "penjagal Gaza" dan menuduh tindakannya melampaui kejahatan yang dilakukan oleh Adolf Hitler.
Sebelumnya, pada tahun 2023, Turki menarik duta besarnya dari Israel, dan pada tahun 2024, memutuskan semua hubungan diplomatik.