Siapa sangka, limbah dapur seperti kulit bawang merah ternyata menyimpan potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan panel surya. Temuan ini menjadi angin segar di tengah upaya mencari solusi energi terbarukan yang benar-benar ramah lingkungan.
Selama ini, panel surya rentan terhadap penurunan performa akibat radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari. Perlindungan yang ada saat ini, berupa lapisan film berbasis minyak bumi, kurang ideal dari sisi lingkungan.
Kabar baiknya, para ilmuwan menemukan solusi inovatif: memanfaatkan ekstrak kulit bawang merah.
Kombinasi Dahsyat: Nanocellulose dan Pewarna Alami
Penelitian mengungkapkan bahwa gabungan antara nanocellulose (serat nano dari tumbuhan) dan pewarna alami dari kulit bawang merah menghasilkan lapisan pelindung UV yang luar biasa efektif.
Lapisan ini mampu memblokir hingga 99,9% radiasi UV hingga panjang gelombang 400 nanometer. Hebatnya lagi, performanya bahkan melampaui filter UV komersial berbasis PET yang umum digunakan.
Menjaga Keseimbangan Cahaya
Tantangan utama dalam melindungi sel surya adalah menjaga keseimbangan antara perlindungan dan penyerapan cahaya. Sinar UV di bawah 400 nm memang berbahaya, tetapi cahaya tampak (400–700 nm) dan inframerah dekat (700–1.200 nm) justru dibutuhkan untuk menghasilkan listrik.
Berbeda dengan bahan bio-based lain seperti lignin yang membatasi transparansi, film nanocellulose dengan pewarna bawang merah tetap mampu meneruskan lebih dari 80% cahaya pada rentang 650–1.100 nm. Ini sangat penting untuk memaksimalkan penyerapan energi.
Uji Ketahanan yang Menjanjikan
Uji ketahanan selama 1.000 jam di bawah paparan cahaya buatan, setara dengan setahun sinar matahari di Eropa Tengah, menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Film bawang merah terbukti stabil dan konsisten dalam melindungi sekaligus meneruskan cahaya. Sementara filter lain, seperti yang berbasis ion besi, mengalami penurunan kualitas seiring waktu.
Potensi Aplikasi yang Luas
Penelitian ini tidak hanya bermanfaat untuk panel surya perovskite dan organik, tetapi juga berpotensi diterapkan di berbagai sektor lain.
Contohnya, dalam industri kemasan makanan. Lapisan bio-based ini bisa digunakan untuk mengembangkan sensor bertenaga surya yang aman dan biodegradable di lingkungan steril.
Temuan ini sekali lagi membuktikan bahwa solusi energi bersih tidak selalu harus rumit dan mahal. Terkadang, jawabannya ada di sekitar kita. Bawang merah, dengan ekstraknya, berpotensi menjadi bagian penting dari masa depan energi terbarukan yang berkelanjutan.