Menlu Sugiono Gantikan Presiden Prabowo di KTT SCO Tianjin

Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono hadir menggantikan Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang berlangsung pada 31 Agustus – 1 September 2025 di Tianjin, Tiongkok. Menlu Sugiono tiba di Bandara Internasional Tianjin Binhai pada sore hari.

Kedatangan Menlu Sugiono disambut oleh Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia, serta Direktur Pasifik dan Oseania Kementerian Luar Negeri RI beserta jajaran pejabat terkait. Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arrmanatha Nasir turut mendampingi Menlu Sugiono dalam lawatan ini.

Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengumumkan bahwa Presiden Prabowo menunda kehadirannya ke Tiongkok karena ingin memantau secara langsung situasi terkini di Indonesia. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan matang dan tetap mengedepankan hubungan baik antara Indonesia dan Tiongkok.

Tiongkok saat ini memegang presidensi bergilir SCO untuk periode 2024-2025. SCO sendiri beranggotakan sepuluh negara, yaitu Tiongkok, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, India, Pakistan, Iran, dan Belarus. Selain itu, SCO juga memiliki negara pengamat seperti Mongolia dan Afghanistan, serta 14 mitra dialog, termasuk Sri Lanka, Turki, Kamboja, dan negara lainnya.

Dalam KTT SCO tahun ini, Tiongkok mengundang pemimpin negara dan pemerintahan yang bukan anggota tetap, pengamat, maupun mitra dialog, seperti Indonesia, Laos, Malaysia, dan Vietnam. Presiden Tiongkok Xi Jinping dijadwalkan memimpin pertemuan "SCO Plus" yang akan dihadiri oleh para kepala negara dan pemerintahan tersebut.

Tema utama SCO tahun ini adalah "Tahun Pembangunan Berkelanjutan SCO". Selama masa kepemimpinannya, Tiongkok ingin melanjutkan berbagai inisiatif dan kerja sama dalam Prakarsa Pembangunan Global yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping, mencakup bidang pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, pembiayaan pembangunan, perubahan iklim dan pembangunan hijau, industrialisasi, ekonomi digital, dan konektivitas.

Tiongkok juga mengajukan dua dokumen penting terkait peringatan 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok terhadap Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, serta peringatan 80 tahun berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Scroll to Top