Negara-negara anggota BRICS semakin intensif mengembangkan mata uang bersama yang didukung emas, sebuah inisiatif ambisius yang berpotensi mengubah peta keuangan global. Target peluncuran mata uang ini diproyeksikan paling cepat pada tahun 2026.
Langkah ini didorong oleh keinginan bersama negara-negara BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam transaksi perdagangan internasional. Meskipun nama resmi mata uang ini belum diumumkan, proyek ini memanfaatkan cadangan emas yang besar dari negara-negara anggota untuk menciptakan alat pembayaran yang lebih stabil dan dapat diandalkan.
Meskipun banyak spekulasi yang beredar, BRICS menegaskan bahwa tujuan mereka bukanlah untuk menggantikan dolar AS. Sebaliknya, mereka membangun sistem alternatif untuk penyelesaian transaksi menggunakan mata uang nasional masing-masing anggota.
Sistem multi-mata uang ini akan memungkinkan setiap negara untuk mempertahankan kedaulatan moneternya, dengan nilai tukar yang diukur berdasarkan cadangan emas yang dimiliki. Diharapkan skema ini akan mengoptimalkan nilai tukar dan menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih seimbang.
Proyek ini tidak hanya berfokus pada penciptaan mata uang tunggal, tetapi juga pada pembangunan infrastruktur keuangan modern. Bank Pembangunan Baru BRICS sedang mengembangkan sistem pembayaran lintas batas bernilai miliaran dolar untuk mendukung transaksi antaranggota. Sistem Pembayaran Antarbank Lintas Batas (CIPS) milik China juga telah menghubungkan ribuan lembaga perbankan global.
Teknologi blockchain, yang memungkinkan penyelesaian transaksi dalam hitungan detik, turut mempercepat kesiapan peluncuran mata uang BRICS. Bank sentral negara anggota juga semakin aktif membeli emas langsung dari penambang domestik, mengurangi ketergantungan pada bursa komoditas Barat dan memperkuat kendali atas cadangan emas fisik.
Pusat perdagangan emas telah dibangun di lokasi strategis seperti Shanghai dan Singapura. Bursa Berjangka Shanghai bahkan telah meluncurkan perdagangan emas fisik dengan penyelesaian instan, mengubah mekanisme perdagangan berbasis kertas yang sebelumnya dominan.
Peningkatan permintaan fisik emas dari negara-negara BRICS mulai mempengaruhi harga emas global. Analis memprediksi harga emas dapat melonjak jika tren ini terus berlanjut.
Pengembangan mata uang BRICS juga memanfaatkan teknologi smart contract, yang memungkinkan penyesuaian nilai mata uang secara otomatis berdasarkan data perdagangan dan kondisi ekonomi. Aset fisik emas akan disimpan di brankas aman di negara-negara anggota untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas.
Pendekatan digital ini dianggap sebagai transformasi signifikan terhadap sistem keuangan konvensional. Dengan infrastruktur yang semakin matang, pengembangan mata uang BRICS berbasis emas diyakini dapat mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional. Jika berjalan sesuai rencana, mata uang ini akan resmi beredar pada tahun 2026, menandai babak baru perdagangan internasional yang lebih beragam.