Jakarta – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa kelompok Houthi telah menahan sedikitnya 11 staf mereka dalam sebuah serangan ke kompleks PBB pada hari Minggu. Penahanan ini terjadi menyusul serangkaian penangkapan setelah tewasnya perdana menteri (PM) Houthi akibat serangan Israel.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendesak agar para pekerja PBB tersebut segera dibebaskan tanpa syarat. Dia menegaskan bahwa 11 personel PBB menjadi korban "penahanan sewenang-wenang" oleh otoritas Houthi.
Utusan PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, menambahkan bahwa penahanan, yang berlangsung di Sanaa dan Hodeidah, terjadi setelah Houthi secara paksa memasuki kompleks PBB dan menyita properti milik PBB.
Grundberg mengungkapkan bahwa Houthi telah menahan 23 personel PBB, beberapa di antaranya sejak 2021 dan 2023. Pada Januari lalu, pemberontak Houthi juga menahan delapan pekerja PBB.
Program Pangan Dunia (WFP) juga mengonfirmasi bahwa salah satu stafnya telah ditahan di Sanaa yang dikuasai Houthi dan sedang mencari informasi lebih lanjut dari pihak Houthi.
Grundberg mengecam penangkapan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kewajiban untuk menghormati dan melindungi keselamatan, martabat, dan kemampuan personel PBB dalam melaksanakan tugas penting mereka di Yaman.
Konflik selama satu dekade telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Yaman, di mana lebih dari setengah penduduknya bergantung pada bantuan kemanusiaan.