Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar mata uang Asia menunjukkan dinamika yang beragam pada awal pekan ini. Rupiah berhasil mencatatkan penguatan tipis, sementara won Korea harus berjuang paling keras di antara mata uang regional lainnya.
Pada pukul 09.10 WIB, nilai tukar rupiah terpantau naik 0,09% ke level Rp16.470 per dolar AS. Kinerja positif ini dicapai di tengah riak politik dalam negeri berupa demonstrasi yang masih berlangsung. Intervensi Bank Indonesia (BI) dinilai menjadi penopang utama stabilitas rupiah saat ini.
Berbanding terbalik, won Korea menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia, melemah 0,25% ke level 1.392,28 per dolar AS. Yen Jepang juga mengalami tekanan, turun 0,1% ke 147,16 per dolar AS. Ringgit Malaysia dan peso Filipina turut melemah masing-masing 0,19% ke 4,22 per dolar AS dan 0,16% ke 57,2 per dolar AS.
Namun, tidak semua mata uang Asia bernasib sama. Yuan China mencatatkan kenaikan tipis 0,01% ke 7,1294 per dolar AS, diikuti dolar Singapura yang naik 0,02% ke SGD 1,2833 per dolar AS, dan dong Vietnam yang menguat 0,08% ke VND 26.340 per dolar AS.
Secara umum, perdagangan mata uang Asia pagi ini mencerminkan sikap pasar yang masih berhati-hati. Rupiah menunjukkan ketahanan yang cukup baik dibandingkan mayoritas mata uang lain, sedangkan won Korea mengalami pelemahan yang paling signifikan.
Indeks Dolar AS (DXY)
Indeks dolar AS (DXY) juga menunjukkan pergerakan yang terbatas, naik tipis 0,03% ke level 97,80.
Investor saat ini fokus menantikan rilis data ketenagakerjaan AS yang akan datang, yang diperkirakan akan menjadi faktor penentu dalam keputusan pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan bulan September.
Data-data penting yang akan dirilis antara lain angka lowongan kerja, data penggajian sektor swasta, dan laporan non-farm payrolls pada hari Jumat.
Pasar akan mencermati dengan seksama data-data tersebut untuk mengukur kondisi pasar tenaga kerja. Apabila data menunjukkan adanya perlambatan, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga akan meningkat, dan dapat memberikan sinyal apakah pemangkasan hanya sebesar 25 basis poin atau bahkan lebih besar, yaitu 50 basis poin.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 87% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada bulan ini.
Selain ekspektasi suku bunga, dolar juga dibayangi isu independensi The Fed menyusul upaya Presiden AS untuk memberhentikan Gubernur The Fed, meskipun belum ada keputusan final dari pengadilan.
Ketidakpastian mengenai kebijakan tarif juga masih menjadi perhatian, setelah pengadilan banding AS memutuskan sebagian besar tarif yang diterapkan dinyatakan ilegal, meski pemerintahan terus berupaya mencari cara untuk mempertahankannya.