Sebuah penemuan luar biasa mengubah pemahaman kita tentang sejarah bumi. Fosil semut tertua di dunia, berusia sekitar 113 juta tahun, ditemukan terawetkan dalam batu kapur di timur laut Brasil. Fosil langka ini memberikan bukti bahwa semut telah ada bersama dinosaurus pada periode Kapur (Cretaceous).
Para peneliti menemukan seekor semut bersayap dengan rahang mirip sabit yang menakutkan, terpelihara sempurna di Formasi Crato, Negara Bagian CearĂ¡, Brasil. Spesimen ini dinamai Vulcanidris cratensis, dan termasuk dalam kelompok kuno yang dikenal sebagai "semut neraka".
Perbedaan mencolok terlihat pada cara kerja rahang Vulcanidris, yang bergerak vertikal, berbeda dengan semut modern yang rahangnya bergerak horizontal. Anatomi unik ini mengungkap adaptasi semut purba sebagai predator di habitatnya.
Fosil Vulcanidris ini sekitar 13 juta tahun lebih tua dari fosil semut tertua yang sebelumnya ditemukan di Prancis dan Myanmar. Penemuan ini memperkuat teori bahwa semut pertama kali berevolusi antara 168 hingga 120 juta tahun lalu.
Kerabat terdekat semut saat ini adalah tawon dan lebah. Vulcanidris hidup berdampingan dengan berbagai makhluk lain seperti serangga, laba-laba, kelabang, krustasea, kura-kura, buaya, pterosaurus, burung, dan dinosaurus, termasuk predator berbulu Ubirajara.
Predator alami Vulcanidris kemungkinan besar mencakup katak, burung, laba-laba, dan serangga besar lainnya.
Saat ini, semut telah mendiami hampir seluruh penjuru Bumi. Sebuah studi pada tahun 2022 memperkirakan bahwa jumlah semut di seluruh dunia mencapai sekitar 20 kuadriliun, jauh melebihi populasi manusia yang berjumlah 8 miliar.
Semut memainkan peran penting sebagai predator, herbivora, pengurai, dan memiliki hubungan erat dengan tumbuhan serta serangga lain. Mereka bahkan berkontribusi dalam menjaga kesehatan tanah. Penemuan fosil semut tertua ini memberikan wawasan baru tentang evolusi dan peran penting semut dalam ekosistem sejak jutaan tahun lalu.