Kematian Ahmed al-Rahawi, Perdana Menteri pemerintahan Houthi di Yaman, menandai peningkatan ketegangan dalam konflik Israel-Gaza yang telah meluas di Timur Tengah. Peristiwa ini berpotensi memperdalam keterlibatan pejuang Houthi melawan Israel.
Ahmed al-Rahawi tewas dalam serangan udara Israel pada Kamis, 28 Agustus 2025, yang menghantam sebuah apartemen di Sanaa, ibu kota Yaman. Peristiwa ini menjadi eskalasi signifikan dalam konflik yang melibatkan kekuatan regional seperti Iran, Hizbullah, Israel, dan Arab Saudi.
Profil Ahmed al-Rahawi: PM Houthi yang Jadi Target Israel
1. Latar Belakang Keluarga Politik
Ahmed Ghaleb Nasser al-Rahawi lahir di Kegubernuran Abyan, Yaman selatan, berasal dari suku al-Rahawi yang disegani. Ayahnya, Ghaleb Nasser al-Rahawi, juga seorang tokoh politik sebelum terbunuh pada tahun 1970-an. Warisan keluarga ini membukakan jalan bagi Ahmed untuk berkiprah di pemerintahan.
2. Berperan dalam Konsolidasi Yaman
Sebelum dikenal secara nasional, al-Rahawi menduduki berbagai posisi di pemerintahan daerah, termasuk direktur dan ketua Distrik Khanfar, wakil gubernur Al-Mahwit, dan Gubernur Kegubernuran Abyan. Pengalaman ini mematangkannya dalam mengelola kompleksitas politik Yaman.
Pada tahun 2019, al-Rahawi diangkat menjadi anggota Dewan Politik Tertinggi, badan pemerintahan tertinggi di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi. Kenaikan ini mencerminkan kepercayaan yang tumbuh padanya di dalam gerakan Houthi, yang telah mengkonsolidasikan kekuasaan di Yaman utara sejak 2014.
3. Kedekatan dengan Iran
Pada 10 Agustus 2024, al-Rahawi diangkat sebagai Perdana Menteri Pemerintahan Perubahan dan Pembangunan, di bawah Dewan Politik Tertinggi. Pemerintahannya tidak diakui secara internasional, karena pemerintah Yaman yang sah, didukung oleh Arab Saudi dan negara Barat, tetap berbasis di Aden.
Sebagai perdana menteri, al-Rahawi menjadi tokoh sentral dalam proyek politik Houthi, menyeimbangkan kesetiaan suku dengan ideologi kelompok yang berpihak pada Iran. Ia kerap memuji gerakan perlawanan di Timur Tengah, termasuk Hizbullah di Lebanon, sebagai simbol perlawanan terhadap "musuh Zionis".
4. Kematian yang Mengguncang Stabilitas Yaman
Pada 28 Agustus 2025, serangan udara Israel di Sanaa menargetkan para pemimpin senior Houthi. Ahmed al-Rahawi dilaporkan tewas dalam salah satu serangan tersebut bersama beberapa rekannya.
Israel mengklaim operasi itu sebagai respons terhadap serangan Houthi di jalur pelayaran dan serangan pesawat tanpa awak yang diluncurkan dari Yaman. Kematian al-Rahawi diperkirakan akan memperburuk keseimbangan politik Yaman yang rapuh dan mengintensifkan perang proksi regional yang melibatkan Israel, Iran, dan Arab Saudi.
5. Potensi Perebutan Kekuasaan di Houthi
Kematian Ahmed al-Rahawi menghilangkan seorang pemimpin politik penting yang berusaha memberikan struktur administratif pada pemerintahan Houthi. Meskipun masa jabatannya singkat, ia mewakili upaya Houthi untuk menampilkan diri sebagai otoritas pemerintahan yang sah.
Peristiwa ini menyoroti bagaimana perang Yaman telah menjadi bagian tak terpisahkan dari konflik Timur Tengah yang lebih luas, menghubungkan nasib Sanaa dengan Teheran, Riyadh, dan Tel Aviv. Kekosongan yang ditinggalkannya berpotensi memicu perebutan kekuasaan internal di dalam tubuh Houthi, sekaligus memperkeras sikap mereka terhadap Israel.