Cinta Ternyata Bukan Cuma Soal Hati, Mikroba Juga Ikut Campur!

Cinta, perasaan yang kompleks dan seringkali misterius, ternyata tidak sesederhana urusan hati. Penelitian terbaru mengungkap bahwa mikroba di dalam usus dan lingkungan sekitar kita juga berperan dalam menciptakan perasaan cinta, ketertarikan, dan kelekatan pada pasangan.

Para peneliti dari Flinders University, Australia, menemukan adanya kaitan antara mikroba dengan hormon-hormon yang memicu hasrat, ketertarikan, dan ikatan emosional. Meskipun tidak secara langsung menyebabkan cinta, mikroba ini berinteraksi dengan sistem hormon tubuh, termasuk testosteron, estradiol, dopamin, serotonin, oksitosin, dan vasopresin.

  • Hasrat: Dipengaruhi oleh testosteron dan estradiol.
  • Ketertarikan: Berkaitan dengan dopamin dan serotonin.
  • Keterikatan: Didukung oleh oksitosin dan vasopresin.

Mikroba, melalui mekanisme tertentu, dapat memodifikasi kadar hormon-hormon ini, sehingga mempengaruhi bagaimana cinta terbentuk dan bertahan.

Dari Libido Hingga Jatuh Cinta

Mikroba usus memiliki peran dalam regulasi testosteron dan estrogen. Gangguan pada mikrobioma dapat menurunkan aktivitas hormon dan berdampak pada libido.

Saat jatuh cinta, otak dipenuhi oleh lonjakan dopamin dan penurunan serotonin, memicu rasa tergila-gila. Menariknya, sekitar 95% serotonin diproduksi di usus dengan bantuan bakteri, yang kemudian mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf vagus.

Pada studi lalat buah, ditemukan bahwa pola makan yang berbeda menciptakan mikrobioma yang berbeda pula. Lalat cenderung memilih pasangan dengan latar belakang mikroba yang serupa. Namun, ketika mikroba dihancurkan dengan antibiotik, preferensi ini hilang.

Mikroba dan Ikatan Emosional

Keterikatan dalam hubungan erat kaitannya dengan oksitosin, hormon "pelukan". Penelitian menunjukkan bahwa probiotik tertentu dapat meningkatkan kadar oksitosin. Hal serupa juga berlaku untuk vasopresin, hormon lain yang mendukung ikatan, yang ternyata juga dipengaruhi oleh mikroba.

Mikroba juga mempengaruhi indra penciuman. Senyawa yang dihasilkan mikroba dapat mengubah persepsi aroma tubuh, sehingga memengaruhi daya tarik seseorang. Konsep ini dikenal sebagai holobiont, yaitu manusia dan mikroba sebagai satu sistem biologis.

Perubahan mikroba yang halus dapat membuat kita lebih menyukai satu pasangan dibandingkan yang lain.

Lingkungan dan Cinta: Peran Mikroba Tanah

Mikroba lingkungan juga memiliki pengaruh. Tanah yang sehat menghasilkan sinyal kimia dan mikroba yang mendukung kesehatan saraf dan sistem imun. Tanah yang sehat juga mendukung vegetasi yang meningkatkan kualitas udara, meredam kebisingan, dan menstabilkan suhu, menciptakan lingkungan yang berdampak positif pada sistem saraf, endokrin, dan imun.

Sebaliknya, tanah yang rusak menyebabkan penurunan keragaman mikroba, peningkatan peradangan, dan penurunan kesehatan mental.

Masa Depan: Terapi Berbasis Mikroba?

Penelitian ini membuka peluang baru dalam memahami emosi lain di luar cinta, termasuk benci dan agresi. Jika jalur biologis ini terbukti, strategi baru berbasis mikrobioma untuk mendukung kesehatan mental dan hubungan sosial mungkin saja terwujud, seperti terapi berupa paparan alam (resep hijau) atau psikobiotik (probiotik khusus untuk memengaruhi suasana hati).

Cinta: Lebih Dari Sekadar Perasaan

Penelitian ini menunjukkan bahwa cinta adalah gabungan rumit dari biologi, lingkungan, dan budaya. Mikroba hanyalah salah satu bagian dari teka-teki yang tersembunyi. Bagi sains, ini membuka jalur penelitian baru. Bagi kita semua, ini mengingatkan bahwa cinta dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak kasatmata. Cinta adalah pengalaman pribadi yang juga sangat biologis.

Scroll to Top