Kemampuan manusia untuk berjalan tegak dengan dua kaki telah menjadi ciri khas yang membedakan kita dari makhluk lain. Kini, ilmuwan berhasil mengungkap dua langkah evolusi krusial dalam perkembangan panggul yang memungkinkan hal tersebut. Studi terbaru ini menyoroti bagaimana panggul manusia berevolusi, berbeda dari mamalia lain, terutama kera.
Setiap vertebrata memiliki panggul, tetapi hanya manusia yang memanfaatkannya untuk berdiri dan berjalan tegak. Proses evolusi ini, yang berlangsung sekitar lima juta tahun, tidak hanya memungkinkan mobilitas unik, tetapi juga memfasilitasi kelahiran bayi dengan ukuran otak yang lebih besar.
Untuk memahami evolusi ini, para peneliti melakukan perbandingan perkembangan embrio panggul manusia dengan embrio mamalia lainnya seperti kera, tikus, dan simpanse. Perbedaan signifikan pada panggul manusia dibandingkan simpanse dan gorila memicu rasa ingin tahu para ilmuwan untuk menggali lebih dalam.
Dua Tahap Evolusi Penting Panggul Manusia
Penelitian ini mengungkap dua tahap utama yang mengubah panggul manusia menjadi bentuk seperti mangkuk yang lebar, ideal untuk berjalan tegak:
1. Rotasi Tulang Rawan Awal
Pada usia sekitar tujuh minggu kehamilan, batang tulang rawan yang menjadi fondasi tulang panggul (ilium) mulai terbentuk. Pada manusia, lempeng pertumbuhan tulang rawan ini berputar 90 derajat, suatu proses yang tidak ditemukan pada primata lain. Perputaran ini menghasilkan panggul yang lebih pendek dan lebar.
2. Penundaan Pengerasan Tulang
Tahap unik kedua terjadi lebih lambat dalam proses perkembangan. Pengerasan tulang rawan ilium pada manusia baru dimulai sekitar 24 minggu kehamilan, jauh lebih lambat dibandingkan primata lainnya. Penundaan ini memberikan waktu bagi tulang rawan untuk mempertahankan bentuk panggul yang optimal selama pertumbuhannya.
Peran Gen dan Implikasinya
Selain menemukan perbedaan struktural, penelitian ini juga berhasil mengidentifikasi serangkaian gen yang berperan penting dalam mengatur perkembangan panggul. Gen-gen ini bertanggung jawab atas sinyal molekuler yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang rawan dan pembentukan tulang.
Penemuan ini dipuji karena berhasil mengungkap mekanisme perubahan bentuk tulang yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Implikasi dari penelitian ini sangat luas. Tidak hanya memberikan wawasan baru tentang evolusi manusia modern, tetapi juga membuka peluang untuk mempelajari bagaimana gen-gen ini mempengaruhi pertumbuhan kerangka pada hominin purba, seperti Denisova.