Kabupaten Jayapura masih bergulat dengan tingginya angka kasus malaria. Data terbaru menunjukkan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, penyakit ini masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura mencatat, berdasarkan indikator Annual Parasite Incidence (API), angka kasus malaria mencapai 311 per 1.000 penduduk pada tahun 2024. Sementara itu, dari Januari hingga Agustus 2025, angka tersebut berada di 202 per 1.000 penduduk. Angka ini jauh melampaui target nasional, yaitu 1 per 1.000 penduduk, menunjukkan bahwa tingkat penularan malaria di wilayah ini masih sangat tinggi.
Data menunjukkan, sepanjang Januari hingga Agustus 2025, tercatat 41.191 kasus malaria dari 192.134 pemeriksaan. Angka ini mendekati total kasus malaria di tahun 2024, yang mana ditemukan 63.037 kasus dari 144 ribu pemeriksaan.
Faktor-faktor seperti keberadaan vektor nyamuk Anopheles, kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk, serta perilaku masyarakat yang kurang sadar akan pencegahan, turut berkontribusi pada tingginya kasus malaria. Banyak warga yang masih beraktivitas di luar rumah tanpa perlindungan, terutama pada jam-jam aktif nyamuk (pukul 6 sore hingga 9 pagi), serta kurang disiplin dalam mengonsumsi obat hingga tuntas.
Pemerintah daerah terus berupaya menekan angka malaria melalui berbagai program, termasuk bekerjasama dengan kader malaria di setiap kampung untuk melakukan pemeriksaan massal. Program eliminasi malaria yang ditargetkan selesai pada 2023 terus dikejar dengan fokus pada deteksi dini dan pengobatan cepat.
Puskesmas Sentani mencatat peningkatan kasus malaria selama lima bulan terakhir, yang sebagian disebabkan oleh program Early Diagnosis and Treatment (Edat). Program ini melibatkan pemeriksaan seluruh warga kampung, baik yang bergejala maupun tidak. Melalui Edat, petugas kesehatan dapat mendeteksi kasus malaria lebih awal dan memberikan penanganan yang tepat. Tanpa program ini, fluktuasi kasus malaria sangat bergantung pada musim.