Kanker prostat, momok bagi kaum pria, kembali menjadi perhatian serius. Laporan terbaru dari Amerika Serikat (AS) mengungkap lonjakan kasus yang mengkhawatirkan dalam satu dekade terakhir. Setelah sempat menunjukkan penurunan yang stabil, kini kanker prostat justru menunjukkan peningkatan, terutama pada stadium lanjut yang lebih berbahaya.
Lonjakan Kasus yang Mengkhawatirkan
Data dari American Cancer Society mencatat peningkatan kasus kanker prostat di AS. Sempat menurun 6,4% per tahun dari 2007 hingga 2014, angka kejadian justru melonjak 3,0% per tahun dari 2014 hingga 2021. Yang lebih mengkhawatirkan, peningkatan ini lebih tajam pada stadium lanjut, mencapai 4,6% hingga 4,8% per tahun.
Peningkatan kasus ini berdampak pada angka kematian. Penurunan angka kematian yang sebelumnya mencapai 3-4% per tahun pada era 1990-an dan 2000-an, kini melambat drastis menjadi hanya 0,6% per tahun. Meskipun pengobatan terus berkembang, kemajuan dalam menekan angka kematian tampaknya mulai menemui jalan buntu.
Kesenjangan Rasial yang Mencolok
Laporan tersebut juga menyoroti adanya kesenjangan rasial yang serius. Pria kulit hitam memiliki risiko kematian akibat kanker prostat hampir dua kali lipat dibandingkan pria kulit putih. Sementara itu, penduduk asli Amerika mencatat angka kematian 12% lebih tinggi, meskipun insidennya lebih rendah.
Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat kanker prostat merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak kedua pada pria di AS, setelah kanker paru-paru.
Mantan Presiden AS Jadi Bukti Nyata
Kanker prostat juga pernah dialami oleh mantan Presiden AS, Joe Biden. Ia didiagnosis menderita kanker prostat agresif dan telah menjalani pengobatan.
Pada Mei 2025, kanker prostat agresif yang diidapnya dilaporkan telah menyebar ke tulang-tulangnya, setelah mengalami peningkatan gejala pada saluran kemih. Kanker tersebut ditandai dengan skor Gleason 9, yang menunjukkan tingkat keganasan yang tinggi.
Penyebab Lonjakan Kasus: Skrining yang Berkurang?
Para ahli berpendapat bahwa berkurangnya tes PSA (Prostate-Specific Antigen), setelah adanya larangan skrining rutin oleh USPSTF (US Preventive Services Task Force) pada awal 2010-an, mungkin menjadi penyebab banyak kanker tidak terdeteksi hingga mencapai stadium lanjut. Selain itu, faktor-faktor lain seperti lingkungan dan pola makan juga diduga berperan.
Laporan tersebut juga menyoroti peningkatan jumlah pria yang didiagnosis menderita kanker prostat metastatik, yang berarti penyakit ini telah menyebar ke luar prostat saat terdeteksi.
Mengenali Kanker Prostat: Gejala Awal yang Perlu Diperhatikan
Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum, berfungsi menghasilkan cairan yang memberi nutrisi dan melindungi sperma. Kanker prostat berkembang ketika sel-sel di kelenjar ini mulai tumbuh tidak terkendali.
Kanker prostat seringkali berkembang tanpa gejala yang jelas pada tahap awal, sehingga banyak pria terlambat didiagnosis. Berikut gejala kanker prostat yang perlu diperhatikan:
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
- Kesulitan memulai atau menghentikan buang air kecil.
- Aliran urin lemah atau terputus-putus.
- Darah dalam urine atau air mani.
- Disfungsi ereksi.
- Ejakulasi yang menyakitkan.
Pada kasus lanjut, dapat terjadi nyeri punggung atau tulang, kelelahan, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, hingga masalah tulang belakang jika kanker menyebar ke tulang atau saraf.
Meskipun banyak dari gejala-gejala ini juga dapat disebabkan oleh kondisi jinak, penting untuk segera memeriksakannya ke dokter.
Bagaimana dengan Indonesia?
Lonjakan kasus kanker prostat di AS menjadi pengingat penting bagi kita semua. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memahami tren kanker prostat di Indonesia. Meningkatkan kesadaran tentang gejala awal, pentingnya skrining berkala, dan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah dan mendeteksi kanker prostat sedini mungkin.