Spesies Baru Tikus Hutan Endemik Ditemukan di Sulawesi Tengah!

Kabar gembira datang dari dunia sains! Sebuah spesies tikus hutan baru telah diidentifikasi di Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah. Spesies ini, yang diberi nama Crunomys tompotika, secara resmi dinyatakan sebagai hewan endemik pulau Sulawesi.

Penemuan ini merupakan hasil kerja keras tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, bekerja sama dengan para ilmuwan dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Prancis, dan Malaysia. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Journal of Mammalogy, edisi Juni 2025.

Penemuan Crunomys tompotika semakin memperkuat posisi Sulawesi sebagai "laboratorium alami" evolusi mamalia. Pulau ini, dengan sejarah geologi yang unik, terus memberikan kejutan penting bagi dunia pengetahuan.

Crunomys tompotika memiliki ciri-ciri tubuh sedang, ekor yang relatif pendek, dan bulu yang rapat dengan tekstur khas genus Crunomys. Habitatnya adalah hutan pegunungan alami yang lebat dan terjaga. Penemuan ini menambah panjang daftar mamalia endemik Sulawesi yang terus bertambah seiring dengan eksplorasi yang lebih intensif.

Selain penemuan spesies baru, penelitian ini juga merevisi taksonomi besar dengan menggabungkan seluruh anggota Maxomys (tikus berduri) ke dalam genus Crunomys. Analisis DNA menunjukkan bahwa Maxomys tidak membentuk kelompok yang utuh jika dipisahkan dari Crunomys. Revisi ini dianggap lebih akurat dalam mencerminkan hubungan evolusi yang sebenarnya.

Penelitian biodiversitas secara berkelanjutan sangat penting untuk mengungkap lebih banyak lagi keanekaragaman mamalia di Sulawesi. Sejak tahun 2012, lebih dari 20 spesies baru mamalia telah dideskripsikan dari Sulawesi, yang menunjukkan kekayaan fauna endemik di wilayah ini. Penemuan Crunomys tompotika membuka peluang penelitian lebih lanjut terkait ekologi dan interaksinya dalam ekosistem hutan Sulawesi.

Kolaborasi lintas negara memungkinkan pemanfaatan teknologi genomik terkini serta memperluas cakupan data biogeografi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih komprehensif mengenai sejarah evolusi mamalia di Asia Tenggara. Penemuan ini juga menegaskan pentingnya klasifikasi ulang pada tingkat genus untuk memahami keanekaragaman mamalia Indonesia secara lebih akurat.

Scroll to Top