Pertemuan Rahasia Utusan AS dan Iran Bahas Kesepakatan Nuklir di Oman

Di tengah tensi yang meningkat, utusan khusus Presiden AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, secara mengejutkan bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, di Oman pada Sabtu (12/4). Pertemuan ini menjadi sorotan karena berlangsung di saat AS kembali melontarkan ancaman terhadap Iran.

Araghchi mengungkapkan bahwa pembicaraan tersebut berpusat pada keinginan AS untuk segera mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran. "Pihak Amerika mengindikasikan pentingnya kesepakatan positif yang bisa dicapai dengan cepat, meskipun ini tidak mudah dan membutuhkan niat baik dari kedua belah pihak," ujarnya.

Lebih lanjut, Araghchi menekankan bahwa kedua belah pihak sudah mendekati dasar untuk bernegosiasi dan tidak menginginkan pembicaraan yang tidak produktif atau berlarut-larut. Pertemuan tidak langsung yang dimediasi oleh Oman ini berlangsung selama lebih dari dua setengah jam dan menjadi perundingan nuklir tingkat tinggi pertama antara AS dan Iran sejak berakhirnya kesepakatan nuklir kedua negara pada tahun 2018.

Gedung Putih menyebut pembicaraan ini "sangat positif dan konstruktif." Presiden Trump, saat ditanya mengenai hal ini, menyatakan bahwa komunikasi tersebut tidak berarti apa-apa sampai kesepakatan tercapai. Sebelumnya, Trump mengisyaratkan niat AS untuk memulai pembicaraan dengan Iran mengenai program nuklir Teheran pada hari itu.

Trump berharap perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan yang signifikan, memperingatkan bahwa jika tidak, Iran akan menghadapi "bahaya besar" karena tidak boleh memiliki senjata nuklir. Pertemuan lanjutan antara Araghchi dan Witkoff direncanakan pada Sabtu (20/4). Gedung Putih menilai pembicaraan langsung singkat di antara keduanya sebagai "langkah maju dalam mencapai hasil yang saling menguntungkan."

Ketegangan antara Iran dan AS meningkat sejak Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015, yang bertujuan membatasi pengayaan uranium Iran hingga 3,67 persen untuk mencegah pengembangan senjata nuklir. Setelah penarikan AS, Iran meningkatkan pengayaan uraniumnya, dan saat ini memiliki persediaan yang cukup untuk membangun beberapa senjata nuklir. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memperkirakan Iran memiliki 274,8 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen.

Scroll to Top