Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengungkapkan perasaannya terkait rumahnya yang menjadi sasaran penjarahan oleh massa tak bertanggung jawab beberapa waktu lalu. Lebih dari sekadar barang-barang yang hilang, ia merasakan hilangnya rasa aman dan kepastian hukum.
Bendahara negara ini menggambarkan betapa terpukulnya ia ketika menyadari lukisan cat minyak bunga karyanya raib digondol penjarah. Lukisan yang dibuat 17 tahun lalu itu, diakui Sri Mulyani, memiliki nilai sentimental yang sangat tinggi.
"Seorang pria berjaket merah dan helm hitam terlihat santai membawa lukisan bunga itu keluar dari rumah saya, yang menjadi target penjarahan di hari minggu dini hari," tulis Sri Mulyani di akun Instagramnya.
Ia menambahkan, hilangnya lukisan itu seolah merepresentasikan hilangnya rasa aman, kepastian hukum, dan perikemanusiaan di Indonesia. Baginya, penjarahan ini mencerminkan runtuhnya akal sehat, peradaban, dan rasa kemanusiaan.
Namun, Sri Mulyani menekankan bahwa ada hal yang jauh lebih berharga daripada lukisannya yang hilang, yaitu nyawa warga Indonesia yang menjadi korban kerusuhan saat unjuk rasa. Kehilangan nyawa, menurutnya, tidak dapat digantikan oleh apapun.
Sri Mulyani menyebut nama-nama korban jiwa dalam tragedi tersebut dan menyampaikan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Ia berharap kejadian serupa tidak akan terulang lagi di Indonesia.
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengajak seluruh masyarakat untuk bahu-membahu menjaga Indonesia agar tetap damai dan semakin baik. "Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan kekuatan yang merusak itu menguasai. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama," pesannya.
Selain rumah Sri Mulyani, penjarahan juga menimpa kediaman sejumlah tokoh lain, seperti anggota DPR Ahmad Sahroni, Eko Hendro Purnomo, dan Surya Utama alias Uya Kuya.