Pasar Keuangan Indonesia Terombang-ambing: Rupiah Perkasa, IHSG Tertekan

Pasar finansial Indonesia menunjukkan dinamika yang menarik. Rupiah berhasil mencatatkan penguatan terhadap dolar AS, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mengalami pelemahan. Kondisi ini terjadi di tengah berlangsungnya aksi demonstrasi di berbagai kota, yang relatif terkendali.

Minggu ini, bursa saham hanya beroperasi selama empat hari karena libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Jumat.

Pergerakan pasar diprediksi akan fluktuatif, namun IHSG diperkirakan akan mencoba memasuki zona hijau hari ini. Sentimen pasar akan dipengaruhi oleh aksi demonstrasi yang masih berlangsung, data inflasi, Purchasing Managers’ Index (PMI), serta perkembangan terbaru dari Amerika Serikat.

Pada perdagangan sebelumnya, IHSG ditutup melemah 1,21% di level 7.736,07. Sempat menyentuh titik terendah intraday di 7.547,56, IHSG akhirnya berhasil bangkit dan menutup perdagangan di level yang lebih tinggi. Aktivitas perdagangan cukup ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp 23,32 triliun dan volume 37,27 miliar saham berpindah tangan. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 2,16 triliun.

Sektor kesehatan menjadi satu-satunya sektor yang mencatatkan penguatan, sementara sektor teknologi mengalami penurunan terdalam, diikuti oleh sektor finansial. Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menjadi pemberat utama IHSG. Beberapa saham perbankan besar seperti BBRI, BMRI, BBCA, dan BREN juga turut menyeret IHSG ke zona merah.

Para pengamat pasar menekankan pentingnya investor untuk berinvestasi secara bijak dan berdasarkan fakta, bukan hanya rumor. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih memberlakukan kebijakan pembelian kembali saham (buyback) tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menjaga stabilitas pasar.

Di sisi lain, rupiah berhasil menguat 0,45% ke level Rp16.410/US$. Penguatan ini didukung oleh intervensi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar. BI terus memperkuat langkah-langkah stabilisasi melalui intervensi di pasar valuta asing (spot) dan pasar derivatif.

Dolar AS melemah karena investor cenderung menunggu rilis data tenaga kerja AS, termasuk laporan nonfarm payrolls. Data ini akan menjadi pertimbangan penting bagi The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan besaran pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang.

Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat tipis, menandakan adanya aksi jual surat berharga negara (SBN).

Bursa Amerika Serikat (Wall Street) libur memperingati Hari Buruh. Sementara itu, bursa Eropa mayoritas menguat, dan bursa Asia ditutup bervariasi.

Indeks FTSE London, DAX Jerman, CAC Prancis, dan STOXX600 Eropa semuanya mencatatkan kenaikan. Sektor pertahanan dan kesehatan menjadi penopang utama.

Di Asia, kinerja bursa saham beragam. Nikkei 225 Jepang turun, sementara Hang Seng Hong Kong melonjak. Indeks Shenzhen China, Kospi Korea Selatan, dan S&P/ASX 200 Australia menunjukkan pergerakan yang bervariasi.

Efek dari demonstrasi yang terjadi sebelumnya sempat menekan IHSG, namun indeks berhasil memangkas penurunannya. Rencana demonstrasi lanjutan di Jakarta dan kota-kota lain menjadi perhatian pasar.

Aksi Demo Jakarta Jadi Perhatian

Aliansi BEM SI akan menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran hari ini, melanjutkan gerakan ‘Indonesia (C)emas’ dengan 11 tuntutan. Aksi serupa juga dijadwalkan di Kabupaten Garut dan kota-kota lainnya. Aksi demonstrasi sejak pekan lalu telah mendorong investor asing untuk meninggalkan pasar saham Indonesia.

Konferensi Pers Regulator Pasar Modal

Pemerintah meminta pelaku usaha tetap tenang dan optimis dalam menyikapi aksi demonstrasi. Pemerintah menegaskan kondisi fundamental ekonomi nasional masih baik. Program stimulus disiapkan untuk menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat. Program-program tersebut menyasar sektor pembiayaan, pariwisata, perumahan, dan makan bergizi gratis.

Data Ekonomi Positif

PMI manufaktur Indonesia akhirnya memasuki fase ekspansi di bulan Agustus setelah mengalami kontraksi selama empat bulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi 0,08% di bulan Agustus. Neraca perdagangan Indonesia Januari-Juli 2025 mencatatkan surplus. PMI Caixin China juga menunjukkan ekspansi.

Agenda dan Indikator Ekonomi

Perhatian pasar akan tertuju pada rilis PMI Manufaktur AS dan agenda emiten dalam negeri.

Aksi demonstrasi, data ekonomi, dan perkembangan global akan terus mewarnai pergerakan pasar keuangan Indonesia.

Scroll to Top