Skizofrenia: Fakta Sebenarnya di Balik Stigma yang Menyesatkan

Skizofrenia seringkali disalahpahami sebagai gangguan kepribadian ganda, padahal keduanya jelas berbeda. Istilah "skizofrenia" sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "pikiran terbelah," menggambarkan kondisi terpecahnya fungsi psikologis dalam satu pikiran. Berbeda dengan itu, gangguan identitas disosiatif melibatkan dua atau lebih kepribadian yang berbeda yang mengendalikan perilaku seseorang, disertai kesenjangan memori.

Skizofrenia adalah penyakit mental yang berat dan seringkali muncul di usia muda, antara 15 hingga 25 tahun. Sayangnya, ada stigma negatif yang melekat pada penderitanya, yang seringkali dianggap berbahaya, marah, atau gila.

Faktanya, individu dengan skizofrenia justru lebih rentan menjadi korban daripada pelaku kekerasan. Mereka seringkali merasa tidak aman dan terancam.

Henry Cockburn, seorang mahasiswa seni, mengalami episode psikosis pada usia 20 tahun yang awalnya ia kira sebagai pengalaman spiritual. Ia merasa diikuti oleh "kekuatan jahat," yang mendorongnya untuk melakukan perjalanan panjang dan mencoba berenang di air beku demi melarikan diri. Untungnya, ia diselamatkan oleh seorang nelayan sebelum mengalami hipotermia dan kemudian didiagnosis dengan skizofrenia.

Skizofrenia adalah gangguan otak kronis yang mempengaruhi sekitar 0,32% populasi dunia. Gejalanya meliputi delusi, halusinasi, pemikiran tidak teratur, dan kurangnya motivasi. Faktor risiko meliputi genetika, ketidakseimbangan kimia otak, stres, trauma, dan penggunaan ganja di usia muda.

Meskipun tidak dapat disembuhkan, skizofrenia dapat dikelola secara efektif melalui pengobatan, termasuk obat antipsikotik dan terapi bicara seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT).

Kisah Henry Cockburn menjadi bukti bahwa penderita skizofrenia dapat menjalani kehidupan yang produktif. Ia berhasil menyelesaikan studinya dan menjadi seorang seniman. Pengalamannya ia bagikan untuk memberikan harapan kepada orang lain agar tidak menyerah.

Penting untuk diingat, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, selalu ada orang yang peduli. Penderita skizofrenia tidak sendirian.

Scroll to Top