Kabupaten Jayapura, Papua mencatat peningkatan kasus malaria yang mengkhawatirkan di Puskesmas Wiabu, Distrik Waibu. Terhitung sejak Januari hingga Agustus 2025, lebih dari 3.800 kasus malaria telah ditangani, dengan puncak tertinggi terjadi pada bulan Juni yang mencapai 600 kasus.
Rincian data bulanan menunjukkan fluktuasi kasus: Januari (362), Februari (532), Maret (394), April (450), Mei (567), Juni (649), Juli (540), dan Agustus (400).
Pihak Puskesmas Waibu memprediksi bahwa angka ini akan terus meningkat hingga akhir tahun 2025, melampaui total kasus malaria yang tercatat pada tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 4.400 kasus. Hingga September 2025, jumlah kasus sudah melebihi 3.800, sementara masih ada empat bulan tersisa.
Beberapa faktor disinyalir menjadi penyebab tingginya kasus malaria di wilayah ini. Perilaku masyarakat seperti kebiasaan begadang dan beraktivitas di luar rumah pada malam hari, kurangnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat, serta kondisi lingkungan dan cuaca yang tidak stabil turut berkontribusi.
Lingkungan dengan pepohonan yang rimbun di sekitar danau, kebiasaan laki-laki bersantai di teras rumah tanpa pakaian memadai, serta anak-anak yang bermain gadget di malam hari menjadi faktor risiko. Nyamuk Anopheles, vektor pembawa parasit malaria, aktif menggigit antara pukul 6 sore hingga 6 pagi, sehingga meningkatkan potensi penularan bagi mereka yang berada di luar ruangan pada jam-jam tersebut.
Malaria dapat menyerang semua kelompok usia, meskipun data menunjukkan kelompok usia 15-64 tahun paling rentan. Potensi penularan malaria juga tinggi di dalam satu keluarga atau rumah.
Sebagai upaya untuk mencapai eliminasi malaria pada tahun 2030, Puskesmas Waibu bersama kader malaria aktif melakukan pemeriksaan malaria dalam kegiatan pemeriksaan penyakit tidak menular (PTM) dan pengambilan sampel darah langsung di lapangan. Pengobatan malaria langsung diberikan di tempat jika hasil pemeriksaan menunjukkan reaktif.
