Di tengah hiruk pikuk Jakarta, sebuah inovasi pertanian hadir mengubah wajah perkotaan. Ladang Farm, yang berlokasi di Cilandak, memperkenalkan sistem pertanian vertikal hidroponik setinggi 18 meter, menjadi oase hijau yang menjanjikan ketahanan pangan lokal.
Ladang Farm bukan sekadar kebun biasa. Dengan metode hidroponik canggih, kebun ini mampu menghasilkan hingga 2 ton sayuran segar setiap bulan. Pekerja dengan telaten memanen basil dan jenis sayuran lainnya, memastikan kualitas dan kesegaran produk tetap terjaga.
Variasi sayuran yang ditanam pun beragam, mulai dari selada renyah hingga basil aromatik dan shiso perilla yang eksotis. Semua hasil panen dipasarkan melalui platform daring dan didistribusikan ke berbagai hotel dan restoran terkemuka di wilayah Jabodetabek.
Harga sayuran hidroponik di Ladang Farm cukup kompetitif. Selada dijual mulai dari Rp 10 ribu per kilogram, sementara basil Thailand ditawarkan dengan harga Rp 60 ribu dan shiso perilla Rp 120 ribu per kilogram.
Konsep pertanian vertikal ini menjadi solusi cerdas untuk mengatasi keterbatasan lahan di perkotaan. Ladang Farm membuktikan bahwa produksi pertanian dapat terus berjalan tanpa membutuhkan lahan yang luas.
Selain itu, kehadiran Ladang Farm juga berdampak positif pada pengurangan biaya logistik. Jarak yang dekat antara lokasi produksi dan konsumen akhir memastikan produk sampai lebih cepat dan dalam kondisi prima.
Inovasi ini menunjukkan sinergi antara teknologi pertanian dan prinsip berkelanjutan. Ladang Farm tidak hanya menjaga ketahanan pangan lokal, tetapi juga membuka peluang kerja baru di sektor pertanian modern. Ladang Farm adalah contoh nyata bagaimana pertanian perkotaan dapat berkembang dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.