Rupiah Tertekan di Tengah Penguatan Mata Uang Asia Lainnya

Nilai tukar mata uang di kawasan Asia menunjukkan tren positif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (5/9/2025). Mayoritas mata uang Asia berhasil menguat, namun rupiah justru mengalami tekanan.

Pada pukul 09.20 WIB, dolar Taiwan memimpin penguatan mata uang Asia dengan kenaikan 0,31% menjadi TWD 30,601 per dolar AS. Yen Jepang mengikuti dengan apresiasi 0,25% ke JPY 148,14 per dolar AS, serta won Korea juga mengalami kenaikan sebesar 0,22% di level KRW 1390,3 per dolar AS.

Berbeda dengan mata uang lainnya, rupiah tertekan sebesar 0,10% di level Rp16.409 per dolar AS. Data rupiah ini diambil dari pasar Non-Deliverable Forward (NDF) karena pasar keuangan Indonesia sedang libur nasional memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Selain rupiah, dong Vietnam juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,04% ke VND 26370 per dolar AS.

Penguatan mata uang Asia secara umum dipicu oleh melemahnya indeks dolar AS (DXY). DXY tercatat turun 0,23% ke level 98,11.

Pelemahan dolar AS ini dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan tanggal 16-17 September mendatang. Hal ini didasari oleh data tenaga kerja AS yang menunjukkan pelemahan. Data ADP hanya mencatat penambahan 54.000 pekerjaan di bulan Agustus, jauh di bawah angka Juli yang direvisi naik menjadi 106.000 dan perkiraan awal sebesar 65.000.

Selain itu, jumlah lowongan pekerjaan menurun menjadi 7,18 juta pada bulan Juli, terendah sejak September 2024. Klaim pengangguran juga naik ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Beberapa pejabat The Fed juga telah mengindikasikan adanya risiko pelemahan pasar tenaga kerja, yang semakin memperkuat alasan untuk segera menurunkan suku bunga.

Scroll to Top