Pemerintah Indonesia bergerak cepat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi masuknya penyakit virus Ebola ke Tanah Air. Hingga akhir Agustus 2025, belum ada laporan kasus Ebola di Indonesia. Meskipun demikian, langkah antisipasi terus digencarkan untuk mencegah penyebaran penyakit mematikan ini.
Pemerintah berfokus pada pemantauan situasi dan penilaian risiko global serta nasional sebagai landasan utama. Hal ini mendorong penguatan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan kasus impor dari negara-negara yang sedang berjuang melawan Ebola. Pengawasan ketat diterapkan di pintu-pintu masuk negara, khususnya terhadap para pelaku perjalanan dari wilayah terdampak.
Kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat (Labkesmas) ditingkatkan untuk mempercepat deteksi dan penanganan kasus suspek. Pemerintah menekankan bahwa penguatan Labkesmas sangat krusial untuk memastikan pemeriksaan cepat dan respons efektif jika ada kasus yang mencurigakan.
Komunikasi risiko kepada masyarakat menjadi prioritas. Pemerintah aktif memberikan informasi mengenai gejala Ebola, cara pencegahan, penanganan kasus, serta pentingnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama bagi mereka yang bepergian ke negara-negara dengan kasus Ebola.
Upaya-upaya ini diharapkan dapat menjaga Indonesia tetap bebas Ebola, sambil terus memperkuat sistem pertahanan di perbatasan dan meningkatkan kesiapan fasilitas kesehatan di seluruh negeri.
Sebagai informasi tambahan, Republik Demokratik Kongo saat ini sedang menghadapi wabah Ebola di Provinsi Kasai bagian selatan-tengah. Dilaporkan terdapat 28 kasus suspek dengan 15 kematian, termasuk empat tenaga kesehatan. Wabah ini telah terkonfirmasi di zona kesehatan Bulape dan Mweka, dengan gejala yang meliputi demam, muntah, diare, dan pendarahan.