Patriot Bond: Instrumen Investasi Baru Tarik Minat Taipan Indonesia untuk Proyek Energi Terbarukan

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) meluncurkan instrumen investasi terbaru bernama Patriot Bond, dengan target perolehan dana mencapai Rp 50 triliun. Penawaran eksklusif ini ditujukan bagi para pengusaha besar di Indonesia, dengan tujuan utama membiayai proyek konversi sampah menjadi energi.

Patriot Bond diterbitkan dalam dua seri dengan jangka waktu 5 dan 7 tahun, menawarkan kupon sebesar 2% per tahun. Sejumlah konglomerasi ternama, termasuk Barito Pacific dan Djarum Group, dikabarkan telah menunjukkan ketertarikan terhadap instrumen ini.

CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengkonfirmasi antusiasme kalangan pengusaha dan menekankan bahwa skema ini dirancang untuk mendorong partisipasi aktif dari sektor swasta dalam pembangunan nasional.

Dukungan terhadap Patriot Bond juga datang dari sejumlah tokoh bisnis terkemuka:

Franky Widjaja

Sebagai putra dari pendiri Sinar Mas Group, Eka Tjipta Widjaja, Franky Widjaja yang memimpin Golden Agri-Resources (produsen minyak sawit terkemuka) melihat Patriot Bond sebagai instrumen yang memberikan manfaat ganda, yaitu kepastian investasi sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Prajogo Pangestu

Prajogo Pangestu, pendiri Barito Pacific Group dan dikenal sebagai "raja petrokimia", menyatakan bahwa pembangunan Indonesia adalah tanggung jawab bersama, termasuk dunia usaha. Melalui Patriot Bond, sektor swasta dapat berkontribusi pada transformasi ekonomi nasional.

Boy Thohir

Garibaldi "Boy" Thohir, Presiden Direktur PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (Adaro Energy), menekankan aspek gotong royong dan dampak positif proyek yang akan didanai oleh Patriot Bond. Menurutnya, instrumen ini mencerminkan semangat persatuan dan gotong royong, serta mendukung pembiayaan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan, khususnya proyek waste to energy yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia.

Scroll to Top