Para astronom dikejutkan oleh penemuan sebuah planet kecil, seukuran Merkurius, yang mengalami kehancuran dramatis saat mengorbit bintangnya. Planet yang berjarak sekitar 140 tahun cahaya dari Bumi ini kehilangan material setara massa Gunung Everest setiap 30,5 jam, seiring dengan perputaran orbitnya.
Planet yang terdeteksi oleh satelit TESS milik NASA ini memiliki ekor panjang seperti komet yang terbentuk dari mineral yang menguap dari permukaannya. Fenomena ini memberikan kesempatan langka bagi ilmuwan untuk menyaksikan langsung akhir riwayat sebuah planet.
Panjang ekor planet ini sangat mencolok, mencapai 9 juta kilometer, sekitar setengah dari panjang orbit planet itu sendiri.
Sinyal Misterius dari TESS
TESS, yang dirancang untuk mendeteksi planet melalui perubahan kecerahan bintang, menangkap sinyal yang aneh. Setiap 30,5 jam, kecerahan bintang meredup, namun kedalaman dan bentuk peredupan ini selalu berbeda.
Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa planet yang kemudian dinamai BD+05 4868 Ab ini tidak hanya melintas di depan bintangnya, tetapi juga meninggalkan jejak debu panjang layaknya ekor komet. Ekor ini bukan terbuat dari gas dan es seperti komet biasa, melainkan dari butiran mineral yang menguap akibat panas ekstrem, mencapai 1.600 derajat Celsius.
Kehancuran yang Tak Terhindarkan
Ukuran planet yang kecil, antara massa Merkurius dan Bulan, membuatnya memiliki gravitasi yang lemah. Setiap kali material menguap, gravitasi planet semakin berkurang, mempercepat proses kehancurannya. Ini adalah efek domino, di mana kehilangan massa memperlemah gravitasi, yang pada gilirannya mempercepat kehilangan massa lebih lanjut. Diperkirakan, planet ini hanya akan bertahan selama 1 hingga 2 juta tahun lagi sebelum lenyap sepenuhnya.
Fenomena Langka
Dari hampir 6.000 eksoplanet yang ditemukan, hanya ada empat planet yang diketahui mengalami proses disintegrasi seperti ini. BD+05 4868 Ab memiliki ekor terpanjang dan peredupan paling dalam di antara planet-planet yang hancur tersebut, menunjukkan tingkat penguapan yang sangat tinggi.
Target Ideal untuk Teleskop James Webb
Sistem planet ini menjadi target ideal untuk pengamatan lebih lanjut dengan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Dengan JWST, ilmuwan berharap dapat mengidentifikasi komposisi mineral dalam ekor debu melalui spektrum cahaya inframerah. Pengamatan ini dapat membuka wawasan baru tentang keberagaman dan potensi keberhunian planet-planet di luar Tata Surya.
Penemuan ini juga mendorong para ilmuwan untuk mencari lebih banyak planet yang mengalami kehancuran serupa. Meskipun objek-objek ini sulit dideteksi karena sinyalnya yang berubah-ubah, keberhasilan penemuan ini memotivasi pencarian yang lebih aktif.