Sebuah studi terbaru mengungkap adanya potensi hubungan antara konsumsi pemanis buatan dalam jumlah tinggi dengan penurunan fungsi kognitif. Penelitian ini menyoroti, individu yang mengonsumsi pemanis buatan setara dengan satu soda diet setiap hari, berisiko mengalami gangguan dalam kemampuan mengingat kata-kata.
Menurut penelitian tersebut, mereka yang mengonsumsi pemanis rendah kalori dalam jumlah signifikan menunjukkan penurunan kognitif global yang lebih cepat. Penurunan ini setara dengan 1,6 tahun penuaan otak dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi pemanis dalam jumlah paling sedikit.
Sebagai ilustrasi, orang yang mengonsumsi rata-rata 191 miligram pemanis buatan setiap hari, setara dengan sekitar satu sendok teh, termasuk dalam kelompok dengan konsumsi tertinggi. Sebagai perbandingan, satu kaleng soda diet dengan pemanis aspartam mengandung sekitar 200 hingga 300 miligram.
Kelompok dengan konsumsi menengah, sekitar 66 miligram pemanis buatan per hari, mengalami penurunan kognitif global 35 persen lebih cepat, setara dengan 1,3 tahun penuaan otak dibandingkan dengan kelompok dengan konsumsi terendah (20 miligram per hari).
Penting untuk dicatat bahwa studi ini bersifat observasional, sehingga belum dapat dipastikan bahwa pemanis buatan secara langsung menyebabkan penurunan kognitif. Namun, temuan ini mengindikasikan adanya korelasi antara konsumsi pemanis buatan dan perkembangan kognitif yang buruk.
Pemanis non-nutrisi seringkali ditemukan dalam makanan ultraproses rendah gula dan produk khusus yang ditujukan untuk penderita diabetes.
Para ahli menekankan bahwa asumsi umum tentang keamanan pemanis rendah kalori sebagai pengganti gula perlu dikaji ulang, terutama mengingat penggunaannya yang luas dalam produk yang dipasarkan sebagai alternatif yang lebih sehat.
Penelitian ini menganalisis pola makan dan kemampuan kognitif hampir 13.000 orang dewasa berusia antara 35 dan 75 tahun. Data pola makan dikumpulkan pada awal penelitian, dan serangkaian tes kognitif dilakukan sebanyak tiga kali selama periode delapan tahun. Tes tersebut mengukur kelancaran verbal, memori kerja, ingatan kata, dan kecepatan pemrosesan.
Memori kerja, yaitu kemampuan untuk menyimpan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas mental yang kompleks, diukur dengan meminta peserta mengingat kata atau angka dalam suatu rangkaian. Kelancaran verbal, yaitu kemampuan menghasilkan kata-kata yang tepat secara cepat dan spontan, diukur dengan meminta peserta menyebutkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan huruf tertentu.
Temuan studi ini menunjukkan bahwa individu dengan diabetes yang mengonsumsi pemanis buatan, penurunan daya ingat dan kognisi globalnya terasa lebih signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh paparan pemanis buatan yang lebih tinggi pada kelompok ini. Diabetes sendiri juga merupakan faktor risiko penurunan kognitif yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini dan untuk menyelidiki alternatif gula rafinasi lainnya, seperti saus apel, madu, sirup maple, atau gula kelapa, sebagai pilihan yang lebih efektif.