Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, sedang menghadapi permasalahan serius: wabah campak. Masyarakat resah karena angka kematian akibat penyakit menular ini terus meningkat, terutama menyerang anak-anak.
Ahli Kesehatan Anak dari Universitas Airlangga menekankan bahwa campak sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi. Namun, sayangnya, cakupan vaksinasi yang rendah di beberapa daerah, termasuk Sumenep, membuat penyakit ini semakin mudah menyebar dan menjadi wabah. Penolakan vaksin oleh sebagian warga menjadi salah satu penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Padahal, vaksinasi sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih parah akibat campak.
Penyebaran wabah campak tidak hanya disebabkan oleh penolakan vaksin. Faktor lain seperti kekurangan gizi dan asupan vitamin A yang rendah juga meningkatkan risiko anak-anak terinfeksi. Kondisi tubuh yang lemah menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga anak-anak lebih rentan terpapar virus campak.
Jika campak tidak ditangani dengan cepat dan tepat, komplikasi berbahaya dapat terjadi, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), gagal napas akibat keterbatasan alat bantu pernapasan, hingga peradangan otak (ensefalitis). Semua komplikasi ini bisa berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan penanganan medis.
Oleh karena itu, orang tua diimbau untuk selalu waspada dan mengenali gejala awal campak. Gejala awal biasanya berupa demam tinggi hingga 40 derajat celcius, disertai batuk, pilek, dan mata merah. Dalam beberapa hari berikutnya, ruam kemerahan akan muncul dan menyebar ke seluruh tubuh, serta muncul bercak putih kecil di dalam mulut yang dikenal sebagai koplik spot.
Perlu diingat bahwa campak ditandai dengan ruam yang menghitam sebelum akhirnya sembuh. Masyarakat seringkali salah mengartikan penyakit lain sebagai campak. Penting untuk memahami gejala yang tepat agar penanganan dapat dilakukan dengan benar.